Orang-orang semakin banyak berkumpul di lobby. Benar saja. Aku lihat bosku, direktur operasional, keluar dari lift dan menyapa beberapa orang di lobby. Aku masih tertegun. Bosku, sepertinya mukanya kurang bersemangat tidak seperti biasanya. Benar, sepertinya bosku itu sedang menunggu seseorang, juga staf-staf yang lain.Â
Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di depan lobby. Sopir mobil itu sigap keluar dan berusaha membuka pintu mobil belakang. Namun sudah didului oleh satpam  yang lebih sigap. Seorang wanita cantik keluar dari mobil di bagian kursi belakang.Â
Orang-orang berkerumum, jadi aku tak bisa melihat dengan jelas. Sepertinya itu calon bosku yang baru. Ah...sialan, aku kebelet pipis. Gak tahan lagi, aku langsung ke toilet yang ada di dekat lobby, samping kiri.Â
Begitu aku keluar dari toilet, di lobby masih ramai. Tapi aku sudah tak melihat lagi wanita cantik calon bosku itu. Aku langsung ke lantai tujuh. Ke ruangan tempatku bekerja. Ternyata ruanganku sudah ramai.Â
Ah...wanita yang sama persis wajahnya yang selalu kulihat di layar kaca. Di kotak persegi seukuran kalkulator itu. Ambooii.... ada di ruangan staf akunting. Ruanganku!. Â Wanita yang selama empat tahun lamanya ku kenal.Â
Dan empat tahun lamanya setelah mengakhiri perjumpaan angkasa itu? Wanita yang bilang kuberi sepasang sepatu, dua malam kemarin itu.Â
Maya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H