Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia Bertutur: Merawat Kearifan Lokal Melalui Tradisi Tutur Nusantara

29 Agustus 2020   19:34 Diperbarui: 29 Agustus 2020   20:01 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://arifsastra.blogspot.com/

Cerita-cerita dalam bentuk fabel misalnya, yang sangat terkenal dengan mempersonifikasikan tokoh binatang, seperti dalam fabel cerita Kancil dan Buaya, misalnya sesungguhnya ada pesan moral yang baik dalam berbagai fabel itu. Atau jika kita ingat kembali mitos dan legenda tentang Candi Loro Jonggarang, yang dibangun dalam semalam. Mitos itu sebenarnya sudah dituliskan, sehingga masih bisa tetap hidup karena bisa dibaca, dan tidak hanya ada dalam ingatan kepala, tetapi tersedia dalam ruang atau media yang bisa dibaca. 

Kearifan lokal dalam mitos Candi Loro Jonggrang, yang dibangun oleh tokoh Bandung Bondowoso, bisa dipetik pesan moralnya. Dalam khasanah arkeologi, yang seringkali tidak bisa dilepaskan dengan cerita-cerita seputar mitologi, soal Candi Loro Jonggrang, yang lebih dikenal sekarang sebagai Candi Prambanan, adalah selain memiliki pesan moral, juga tafsir kebudayaan yang sangat tinggi.

Para arkeolog, bisa menerjemahkan mitos pembangunan Candi Prambanan yang dikerjakan dalam semalam oleh tokoh Bandung Bandowoso, sebagai sebuah tafsir kebudayaan, bahwa pada abad 9 Masehi, organisasi sosial pada masa Mataram Kuno itu sudah demikian sistematis. Jadi, arkeolog seperti saya, misalnya mengintepretasikan, bahwa pembangunn Candi Prambanan, bisa jadi melibatkan seribuan orang pekerja, pada masa itu. Tidak ada satupun cara, membangun Candi Prambanan, tanpa ada 'gawe besar' melalui gotong royong dan kerjasama. 

Relasi kekuasaan antara penguasa Rakai Pikatan dengan rakyatnya, yang mampu diorganisir untuk bergotong royong membangun candi megah itu. Itu interpretasi umum, belum lagi jika ada interpretasi berdasarkan relief-relief yang tertera di panil-panil candi. Untuk soal ini, saya bukanlah ahlinya, karena untuk memahaminya, ahli arkeologi klasik, lebih paham. Namun prinsipnya, bahwa di dalam mitologi seperti legenda Loro Jonggrang, pesan moral ataupun tafsir kebudayaan bisa muncul karenanya. Melalui simbol-simbol budaya tertentu, tentu saja. 

Jadi legenda Loro Jonggrang yang meminta dibuatkan candi seribu dalam semalam jadi, memiliki pesan moral bahwa 'gawe besar' hanya bisa dikerjakan melalui pengorganisasian yang besar, gotong royong masyarakat secara bersama, yang melibatkan orang dalam jumlah yang masif atau banyak, juga tentu saja pesan moral lainnya, bahwa rakyat patuh terhadap raja atau pemimpinnya, sehingga apa yang diperintahkan pemimpinnya, wajib diikuti. Tentu saja berdasarkan azas kepatutan, azas ketaatan dan azas hukum dalam ruang dan waktu dimana zaman dilalui.

Kembali ke soal tradisi lisan atau sastra lisan, di Indonesia tumbuh subur di berbagai daerah. Sebagaimana di awal, bahwa dalam sastra lisan, selalu mengandung pesan moral atau makna mendalam, juga tafsir kebudayaan yang tinggi, sebagai ungkapan untuk melihat bentuk-bentuk kearifan lokal dan juga jati diri bangsa. Saya ingat di Maluku misalnya, dimana saya pernah bekerja sebagai peneliti arkeologi selama kurang lebih 12 tahun. Saya banyak menjumpai beberapa tradisi atau sastra lisan yang berkembang.

Di wilayah Maluku, tradisi atau sastra lisan dikenal dengan sebutan atau nama Kapata, yang diartikan sebagai tradisi menuturkan atau menceritakan peristiwa sejarah dengan cara membacakan syair-syair yang dinyanyikan. Sastra lisan seperti itu juga terdapat di wilayah lain, di banyak tempat di Indonesia.

Di Maluku, dalam syair Kapata, mengandung berbagai pesan moral dan makna yang dalam tentang suatu peristiwa sejarah, atau peristiwa budaya. Hingga ini, beberapa orang, terutama tokoh-tokoh tua atau tokoh-tokoh adat di desa-desa adat (negeri), pada umumnya masih bisa menuturkannya. Berikut saya contohkan salah satu tradisi tutur yang saya ketahui dan masih dikenal oleh masyarakat, terutama di Pulau Haruku, Maluku Tengah, sebagai berikut: 

Hena masa ami
Loto Eri Alaka
Puna Isa Amarima Hatuhaha
Am Olo olo rumae sigito
Epaune ite kiberatu kira rorio 

Hena masa ami
Loto eri alaka
Tanita etautalu masok maso susoki
Elamita
Kurue uma huru ima kuru kurue
Kuru rai eta hurariu
Wele wele kuriala weleo
Lai paruttu eke haturesio nakoke rakanyawa 

Terjemahannya :

Dahulu kala,
Kami berada di Alaka
Jadi satu persekutuan Lima Negeri Di atas batu (pulau)
Kami mendirikan rumah, yaitu masjid
Ia melindungi kita, persekutuan besar
Dulu kala, kami berada di Alaka
Gunung ya gunung hampir-hampir tiba,namun tetap gunung
Turun terus turun Turun menuju Hulaliu
Berseru-seru berkeliaran, sambil tetap berseru untuk datang berkumpul 

Di Hulaliu, pelabuhan rakanyawa 

Tradisi tutur yang begitu indah bak syair puisi pujangga itu sesungguhnya memiliki makna yang sangat dalam. Tradisi tutur atau sastra lisan, yang dituturkan oleh salah seorang tokoh adat di Desa Hulaliu, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah itu sesungguhnya merupakan tuturan yang menceritakan peristiwa sejarah.

Ketika masyarakat Hulaliu masih menjadi satu kampung di gunung yang dikenal sebagai Bukit Alaka, dengan kelompok negeri lainnya yakni Rohomi, Pelauw, Kabauw dan Kailolo. Sebelum mereka tinggal di pesisir, mereka tinggal di atas gunung bersama, waktu mereka pertama kali mengenal agama Islam. Kemudian masuknya pengaruh Portugis, Hulaliu turun ke pantai dan memeluk Katholik/Kristen, namun persaudaraan secara adat tetap terjaga atau mereka tetap satu kesatuan persaudaraan secara adat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun