Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Masa Lalu, Membangun Kedaulatan Pangan

15 Agustus 2020   22:00 Diperbarui: 7 Februari 2021   09:32 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Relasi dalam hal ini menyangkut, relasi politik, niaga, ekonomi, budaya dan sebagainya. Selain membangun konsep relasi, juga di dalamnya tentang mempertahankan kedaulatannya, tanpa kehilangan jalinan relasi dengan pihak lain. Justru, beberapa diantaranya semakin menguatkan, baik secara internal dalam kawasan nusantara, maupun dengan pihak-pihak bangsa luar, yang secara bersama dalam kurun waktu dan ruang yang sama juga saling membangun relasi yang saling menguatkan. 

Saya ingin memberi beberapa ilustrasi soal bagaimana leluhur dulu membangun kedaulatannya di satu sisi, disisi yang lain juga tetap menjaga relasionalnya dengan pihak luar. Sejarah misalnya sudah menuliskan tentang Sumpah Palapa, Gajah Mada, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dengan perdana menterinya Gajah Mada. Sejarah banyak menuliskan, bagaimana kiprah Gajah Mada, dalam mempersatukan nusantara di satu sisi, juga menguatkan relasinya dengan bangsa- bangsa luar di luar nusantara. 

Pada masa Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majaphit tercatat bisa menyatukan Bali, Jawa dan Sumatra ke dalam kerajaan Majapahit. Meskipun Gajah Mada wafat sekitar tahun 1364, perluasan wilayah berlanjut. Pada tahun 1365, seluruh semenanjung Melayu, dengan pengecualian Sriwijaya dan dua dari koloninya telah ditaklukkan. Pada tahun 1377, Palembang, ibukota Sriwijaya jatuh ke tangan tentara Hayam Wuruk . Kerajaan Tumasik (Singapura), sebuah wilayah dibawah Sriwijaya juga akhirnya ditaklukkan. (https://elshinta.com/).

Bahkan, pada masa itu konon, Majapahit, menerapkan kebijakan pembayaran cukai kepada bangsa-bangsa lain, yang melewati wilayahnya. Tentu ini menjadi pelajaran penting untuk bangsa ini, jika memiliki keberanian untuk memberlakukan cukai, bagi kapal-kapal dagang yang melawati wilayah-wilayah perairan Indonesia, yang dilewati kapal-kapal dagang dari berbagai bangsa. Laut Natuna Utara, Selat Malaka, Selat Makassar, dan berbagai wilayah perairan lainnya, yang menjadi lalu lintas pelayaran perdagangan internasional.

Pada abad 14M, Majapahit dibawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Perdana Menterinya Gajah Mada, ada era keemasannya. Pada masa itu, salah satunya kedaulatan pangan merupakan kunci dari kejayaan Majapahit, beberapa catatan sejarah menyebutkan, bahwa abad 14M, ekpsor beras sudah berkembang. Banyak wilayah-wilayah kerajaan, di luar majapahit, mengimpor beras dari Majapahit.  Pada masa Hayam Wuruk dan Gajah Mada, sesuai catatan Kitab Negerakertagama, wilayah-wilayah lain nusantara, sampai wilayah Maluku dan Papua, menjadi wilayah yang 'dikuasai' Majapahit.

Dalam upaya mempersatukan nusantara itu, justru pada umumnya, karena relasi niaga, bukan semata-mata penaklukan dengan jalan perang. Pertukaran komoditi menjadi kunci kejayaan nusantara. Dari catatan arkeologi, antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Luwu, di Sulawesi Selatan, karena kebutuhan bahan logam, yang diproduksi oleh Kerajaan Luwu mengekspor logam ke Majapahit, sebaliknya Majapahit mensuplai beras ke Kerajaan Luwu. 

Demikian pula, wilayah-wilayah Nusantara lainnya, pertukaran komoditi, misalnya antara Maluku yanng menghasilkan cengkeh dan komoditi lokal lainnya, juga mengimpor beras dari wilayah Majapahit sejak abad 14M. Catatan-catan hasil riset sejarah dan arkeologi ini, membuktikan bahwa kedaulatan pangan memerankan fungsinya yang sangat penting dalam menjaga eksistensi sebuah bangsa.  

Kemudian, jika kita bicara Majapahit, sebelum episode Sumpah Palapa, Gajah Mada, pada masa pemerintahan Raden Wijaya, kira-kira seabad sebelumnya, juga mampu menunjukkan wilayah bangsanya yang berdaulat. Ilustrasi sejarah ini bisa kita peroleh informasinya, ketika Majapahit masa Raden Wijaya, tak bisa ditaklukkan oleh Kubilai Khan, penguasa Mongol. 

Yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah episode sejarah tentang Kejayaan Majapahit ini, belum mampu membentuk nasionalisme Keindonesiaan? Apakah ada disorientasi berbangsa dan bernegara? sehingga Indonesia yang pada masa lampau sebagai negara yang merdeka dan berdaulat secara pangan, namun kini menjadi negara pengimpor bahan pangan? 

Jika nasionalisme, adalah produk modernitas, apakah ruh kebudayaan, jati diti budaya nusantara ini tidak memiliki konsep yang relasional dengan konsep negara yang saat ini lahir sebagai sebuah nation state?  Bisa jadi memang benar, bahwa Indonesia sebagai nation state saat ini sebagaimana dikatakan Benedict Anderson, sebagai komunitas imajiner (imagined community). Namun proses yang menyejarah dari berbagai kerajaan di Nusantara hingga lahir menjadi Indonesia, adalah lapis-lapis sejarah atau lapis-lapis arkeologi, meminjam seorang Yudi Latif. Artinya lapis-lapis arkeologi inilah yang membentuk proses Keindonesiaan menjadi. 

Dalam pandangan penulis, yang seorang arkeolog ini, bahwa jika Indonesia sebagai nation state ini, belajar dari masa lalu, mencerap makna dan bercermin pada kemerdekaan budaya pangan atau peradaban pangan kerajaan-kerajaan Nusantara dulu, mungkin mampu menjadi national identiti dalam soal kedaulatan pangan. Coba lihat saja, Korea Selatan yang hanya memiliki sebuah ginseng saja, bisa disebut sebagai negeri herbal. Bagaimana Indonesia, sebagai negara jalur rempah, penghasil rempah-rempah terbesar yang sejak abad 10 Masehi, menjadi ajang perebutan banyak bangsa-bangsa luar, namun kini jati diri sebagai negara penghasil rempah sedang dipertaruhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun