Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banda Naira, Kekayaan Tersembunyi di Balik Senja Gunung Api Banda (Bag 1)

4 Agustus 2020   19:45 Diperbarui: 4 Agustus 2020   23:28 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjemput senja di Gunung Api Banda. Sumber: Balar Maluku/Baronda Ambon

Selain bangunan-banguna benteng kolonial, yang masih berdiri megah, terdapat juga Istana Mini Banda, yang juga berdiri megah. Istana mini dianggap sebagai miniatur dari Istana Negara RI di Jakarta, tempat para Presiden RI berkantor. Di samping Istana Mini, juga terdapat rumah Residen Belanda, tepat di sisi kiiri Istana Mini Banda, juga masih berdiri kokoh, sehingga bisa terlihat dua bangunan megah berjejeran, dengan halaman depan yang sangat luas. Istana mini Banda, sampai sekarang digunakan untuk event-event budaya bersakala besar.

Benteng Belgica di Banda Naira. Sumber: Balar Maluku/Baronda Ambon
Benteng Belgica di Banda Naira. Sumber: Balar Maluku/Baronda Ambon
Di Banda Naira juga, terdapat Gereja Tua Banda, yang sangat terkenal, klenteng Tioghoa, yang saat ini masih sangat terawat. Selain itu juga terdapat Masjid Tua, di Desa Kampung Baru, yang masih berada di Pulau Banda Naira, meskipun lokasinya agak jauh dari Pusat Kota Banda Naira, dimana benteng-benteng Belanda, Istana Mini, Gereja tua dan beberapa bangunan peninggalan Belanda lainnya berada.

Sepertinya, membicarakan Banda takkan ada habisnya, dan itu semua bisa anda peroleh semua tentang berbagai cerita di Pulau Banda, dengan berbagai foto menawan tentang Banda di berbagai halaman website. Sekali lagi, membicarakan Banda, sepertinya takkan ada habisnya, walaupun semua informasi tentang Banda lengkap dengan foto-foto menawan, tersaji di banyak ruang. Jika anda ingin memperoleh infromasi dan melihat Banda, dengan mudah dan murah, silakan anda berselancar saja di jagat maya.

Lalu, saya mesti menulis tentang apanya Banda lagi? Bicara tentang Banda, sepertinya kekayaan panorama yang menjadi destinasi utama Maluku, sangat menjanjikan. Tiap tahunnya, sebelum pandemi ini, Banda selalu dipadati oleh wisatawan mancanegara, terutama di bulan Oktober-November, di saat cuaca yang tenang, kondisi laut yang teduh. 

Hotel-hotel dan bisnis kuliner, sangat berkembang, di satu sisi, namun disisi lain, banyak pula pengelola hotel yang megap-megap, menghadapi persaingan yang sangat ketat, apalagi di saat wisatawab sepi. Terutama di bulan-bulan cuaca yang tidak bersahabat.

Baiklah, saya akan mengulas pengalaman kami berdialog dengan para pemuka adat, kelompok siswa, para pemandu wisata yang pada umumnya penduduk lokal, para pegiat budaya dan masyarakat umum lainnya, ketika kami melakukan sosialisasi program Rumah Peradaban Banda. 

Suatu ketika, kami mengajak siswa memahami tentang budaya Banda. Kami ajak siswa berkeliling dan memahami berbagai potensi tinggalan budaya. Para siswa yang berasal dari berbagai desa di pulau-pulau di Kepulauan Banda, kami kumpulkan, jumlahnya mungkin mencapai 300 siswa.

Kami ajak berkeliling, mengunjungi benteng-benteng kolonial, mengunjungi museum Rumah Budaya Banda Naira, mengunjungi gereja tua, Kelenteng kuno, masjid tua juga rumah-rumah tua peninggalan Belanda. Bukan hanya untuk mempelajari sejarahnya, tapi lebih dari itu juga mempelajari wajah budaya Banda sebenarnya. 

Wajah Multibudaya. Betapa kita menjadi paham, bahwa Banda di abad 17-18 M, adalah wajah kota penuh ragam budaya, dan semuanya saling bersentuhan di kota kolonial di pulau kecil dan terpencil, di batasi oleh salah satu laut terdalam di dunia, yaitu Laut Banda.

Beberapa saat yaang cukup, saya sempatkan bercakap-cakap dengan para pedagang di pasar, juga beberapa orang lama yang sudah saya kenal, bahwa di Banda, tidak pernah ada yang benar-benar penduduk asli. Dari sejarahnya, penduduk Banda memang sudah dari awalnya, berasal dari berbagai penjuru nusantara, bahkan dari mancanegara tinggal menetap dan menjadi warga Kepulauan Banda. 

Di Banda Naira, ibukota kecamatan Kepulauan Banda, kita akan jumpai penduduk pada umumnya berasal dari keturunan dari Sumatra, Jawa, Sulawesi juga Cina dan Arab. Secara keseluruhan mereka bermukim di Banda, turun temurun berdasarkan perjalanan nenek moyang mereka sejak Banda, dikenal sebagai emporium, sebagai Pelabuhan yang menjadi mata rantai perdagangan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun