Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Arini, Kereta Senja Kita Sudah Lewat

3 Agustus 2020   16:40 Diperbarui: 25 Juni 2021   20:23 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak mempedulikan petugas stasiun melihatku keheranan, setiap petang di akhir pekan, perjalanan Yogyakarta-Jakarta kami selalu datang. Tapi selalu saja membiarkan kereta kami lewat. Aku tidak peduli, kalau selama sepekan ini, petugas kereta itu selalu memperhatikan kami. 

Aku selalu datang di setiap sabtu petang, bertemu dengan Arini di stasiun kereta itu, lalu kami berjalan bergandengan mesra ke sebuah penginapan, tak jauh dari stasiun kereta itu. Dan esok pagi-pagi buta, saya sudah di stasiun itu lagi, untuk pemberangkatan pertama kereta ke Jakarta. Namun aku berangkat sendiri, minggu paginya. 

Arini selalu saja tidak pernah mau berangkat bersamaan, pada saat pagi buta, di jam yang sama, pada pemberangkatan pertama kereta api Yogyakarta-Jakarta. Arini selalu saja berasalan, ada saja yang selalu tertinggal di rumahnya. Arini juga tak pernah mau menunjukkan tentang rumahnya, alasan takut dilihat keluarganya. 

Aku sepertinya sudah terlena dan terbuai, sehingga mengabaikan saja kejanggalan itu. Aku berangkat esok harinya, setiap pagi buta, saat ayam belum selesai berkokok, meninggalkan Arini, yang masih tetap bermalas-malasan di pembaringan di penginapan itu, setelah semalam, kami berdua melayang-layang, menyelam, menari-nari di atas pembaringan di penginapan itu.  

Aku hanya heran tak berkesudahan, saat pertama kalinya aku bertemu dengannya petang itu di stasiun kereta ini. Dan kemudian kami berjalan menjemput senja menyusuri trotoar dan untuk beberapa saat kami sudah di depan penginapan yang indah dan asri. 

Penginapan yang di sekelilingnya banyak tumbuh dan bermekaran bunga sedap malam, di taman samping kanan penginapan, melati di taman depan dan beranda, bunga mawar di taman sebelah kiri penginapan dan bunga lily, di taman belakang penginapan. 

Penginapan yang hampir sebulan itu membuat seluruh tubuhku lunglai di setiap malamnya. Dan jiwaku melayang-layang dalam aroma kembang-kembang setaman yang membuai. Penginapan yang merenggut masa lajangku, dan semua gerakan Arini yan membuai setiap kali memasuki penginapan itu. 

Penginapan yang selalu memanggil-manggil di setiap malam. Penginapan yang selalu muncul wewangian bunga-bunga di tamannya, pada setiap malam menjelang aku dan Arini menenggalamkan diri dalam buaian permbaringan di kamar yang selalu kami tempat bersama sebulan ini. 

Kamar penginapan yang tampak beratap langit, sehingga tampak bintang dan purnama menari diantara awan yang berarak, setiap kali kami saling menarik punggung kami dan menengadah, meneriakkan lenguhan pada puncak keindahan malam.

Malam-malam seperti takkan ada lagi, di tengah kegusaran dan keherananku, aku berdamai dengan perasaanku sendiri. Kubiarkan Arini pergi di sabtu petang itu, setelah selama sepekan kami begitu dekat. 

Arini pergi dengan wajah yang sangat dingin, hanya terucap kata perpisahan singkat dan sekejap kemudian dia membalikkan badan, membelakangiku dan berjalan ke arah datangnya senja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun