Dan karena ada sense atau kepakaan, seharus kita merdeka dalam menyampaikan apa yang anda lihat, anda rasakan, dan anda pikirkan. #MerdekaBerpikir.Â
Selanjutnya, karena kita merdeka dalam berpikir, maka seharusnya kitapun menulis dengan cara merdeka. #MerdekaMenulis. Artinya apa yang kita pikirkan, kita tuangkan dalam bentuk tulisan atau menulis dengan cara yang merdeka.
 Lalu dalam pandangan saya yang awam ini, #MerdekaMenulis adalah kita itu tidak perlu komposisi yang baku. Menulis menurut yang kita rasakan itu sesuai yang kita ingin sampaikan.Â
Karena merdeka, semestinya tulisan kitapun seperti kita berbicara atau sedang bercerita. Naratif. Selain itu, pilihan kata atau diksi, juga cukup sederhana. Kata yang kita sampaikan, bisa dimengerti orang lain. Â
Merdeka menulis, juga berarti tulisan diharapkan mengalir seperti air sungai di musim hujan. Kenapa bisa mengalir, karena kita berpikir merdeka, tanpa beban.Â
Tulisan yang mengalir, karena dia ringan, tanpa beban. Lincah dalam gerak, ritmis mengikuti irama. Irama yang dimaksud adalah irama kata hati.
Seperti itulah, provokasi yang saya sampaikan kepada peserta webinar, untuk mulai menulis tentang pengalaman.
 Pengalaman apa saja menjumpai fenomena kebudayaan, melalui pintu arkeologi, Kebudayaan material. Akhirnya untuk membumikan arkeologi, Balai Arkeologi Sulawesi Utara mengajak kita untuk berkonstribusi menyampaikan pengamalan, menjumpai fenomena kearkeologian dalam buku kumpulan tulisan feature.Â
Buku ini diharapkan akan berisi berbagai pengalaman kita menjumpai fenomena kearkeologian, baik tentang situs dan masyarakatnya, tentang hasil riset, tentang harapan kita dan masyarakat terhadap kekayaan warisan budaya, tentang fenomena kerusakan situs.Â
Tentang apa saja yang kita jumpai dalam memahami kebudayaan dan situs arkeologi sebagai material budaya.Â
Buku ini nantinya berisi kumpulan tulisan, hasil menjaring berbagai tulisan baik jurnalis, pelajar, maupun mahasiswa yang akan diendorse oleh arkeolog berpengalaman.