Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mie Cakalang yang Nendang

1 Juli 2020   11:26 Diperbarui: 2 Juli 2020   02:17 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Mie Cakalang, Sumber seringjalan.com

Lagi-lagi tentang Minahasa. Saya baru tahu kalau mie cakalang itu asalnya dari Manado, atau  Minahasa umumnya. Setahu saya hanya melihat di kemasan mie instan yang dijual di pasaran saja. Dan saya tidak pernah tertarik, makanya tidak pernah membeli, apalagi merasakan. Tidak tertarik. Titik. 

Saat pertama kali di Manado pun, saya tidak pernah berselera. Masih juga tidak berselera. Pun tidak tertarik memesan atau mencicipinya.Saya hanya berpikir, ooh mie cakalang ,yang ada di kemasan mie instan itu rupanya.  

Jadi, saat acara kulineran rame-rame sama teman kantor, tidak pernah saya berpikir untuk memesan makanan itu. Tidak kepikiranlah, pokoknya begitu. 

Kalau sarapan pagi, rame-rame sama orang kantor, paling saya pesan tinutu'an atau lebih dikenal dengan bubur Manado. Mie cakalang? hmmm tidaklah...tidak kepengin. Tidak ada hasrat atau selera. 

Perlu Anda tahu ya, selera saya soal makanan, pertama dari warna. Jadi mata saya dulu yang berselera. Apa yang menarik buat mata saya, baru mata saya memanggil lidah untuk coba mengecap. Kalau warnanya menarik, baru lidah saya menjulur, pengin mecicipi.

Sekali lagi, mata saya pertama kali lihat makanan dari warnanya. Warna mie yang kuning pucat, membuat saya kurang berselera. Jadi setiap kali acara makan bareng, di kantor, di rumah makan, atau acara di rumah teman kantor, tidak pernah menyentuh sama sekali mie cakalang itu. 

Tapi tiba-tiba berbeda pagi ini. Seorang staf menawari saya mie cakalang. Ya...mie cakalang Manado, biasanya memang untuk sarapan, sama seperti bubur Manado. Hmmm... bolehlah saya coba, begitu saya bilang ke staf itu. Meskipun sebenarnya tidak kepingin. 

Selang sepuluh menit, mie cakalang yang tidak saya tunggu datang. Mie cakalang semangkuk, dan sambal cuka, di piring kecil.

Begitu dihidangkan di meja saya, sambal cuka atau dicampur jeruk nipis mungkin, saya tuang seluruhnya di mangkuk berisi mie. Di atas mie tepatnya. Tanpa diaduk, saya coba kecap kuahnya. Daaan....ternyata segar dan gurih. 

Lalu saya aduk-aduk sebentar, kuahnya. Selanjutnya gunungan mie yang ada sambal jeruk atau cuka di atasnya, juga saya aduk. Maka saya campurlah seluruh sambel cuka atau jeruk nipis tadi dengan seluruh mienya, juga kuahnya tentu saja. 

Saya aduk-aduk sebentar, sampai merata, dan warna kuah menjadi agak oranye, karena sambal. Kuaduk biar sambalnya merata di mie dan kuahnya. Saya ambil sesendok dan memasukkannya ke dalam mulut. 

Lidah saya langsung menari. Mie cakalang itu langsung nendang. Gila bener....gurih, seger. Dengan citarasa sambalnya yang pedes, menyengat tapi nikmat. Sambal dengan sensasi rasa menggigit lidah. Benar-benar nendang. 

Saya tidak menyangka, saya langsung suka. Dari yang awalnya tidak tertarik sama sekali. Tidak selera sama sekali. Sekali merasakan langsung jatuh cinta dan ketagihan rasanya.  

Jadi, jangan pernah pandang remeh, makanan khas Minahasa. Sebelum Anda mencicipinya. Mie cakalang yang awalnya saya anggap biasa saja, ternyata super luar biasa. 

Seger, gurih ditambah sambal dengan jeruk nipisnya atau cuka, kecut-kecut gurih dan pedasnya pas di lidah. Rasa pedasnya yang gurih bercampur bumbu mie cakalang yang aduhai proporsionalnya. Melekuk dan meliuk di lidah.

Kalau lidah Anda tidak bergoyang, berarti Anda tidak normal. Coba saja. 

Foto: Wuri Handoko
Foto: Wuri Handoko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun