Mohon tunggu...
Wuri Annisa Nurfadlilah
Wuri Annisa Nurfadlilah Mohon Tunggu... Administrasi - Candidate for master degree in early childhood education at Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta

Penuntut Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Desain Pendekatan STEAM Berbasis Model SELASI (Seni Kolase Kreasi)

25 April 2024   13:00 Diperbarui: 25 April 2024   16:01 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

STEAM merupakan gabungan seni dengan domain STEM lainnya, dimana kreativitas dan seni adalah elemen penting dalam pembelajaran dan inovasi. STEAM dapat didefinisikan sebagai cara untuk membangun pemahaman melalui keterlibatan dengan bentuk seni yang memiliki hubungan antara seni dan elemen STEM, yang secara efektif mendukung pertumbuhan di semua bidang. Dengan cara ini, STEAM memberi anak-anak peluang lebih besar untuk memilih sumber daya dan pendekatan yang membangun dan responsif terhadap pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman mereka sebelumnya di seluruh domain STEM.

Salah satu keuntungan dari penggunaan pendekatan STEAM yaitu pertama, menggunakan proyek sebagai media pembelajaran. Kedua, mengawali pembelajaran dengan sebuah pertanyaan atau masalah nyata yang berkaitan terkait kehidupan siswa. Ketiga, melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran untuk mengatasi  suatu permasalahan. Keempat, siswa melakukan kegiatan kerja proyek secara individu maupun kelompok. Kelima, siswa  melakukan pembelajaran dan pekerjaan secara individual. Keenam, hasil sebagai produk pembelajaran proyek.

Seni Kolase Kreasi (SELASI) merupakan salah satu model yang menggunakan pendekatan STEAM, dimana kegiatan ini merupakan gabungan dari menggambar dan menempel menggunakan tangan. Kegitan ini bisa menggunakan beberapa bahan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pendidik dalam suatu pembelajaran, secara umum bahan yang digunakan meliputi biji-bijian, kertas, daun-daunan, batu, serutan kayu dan sebagainya. Berikut beberapa alat, bahan dan cara membuat SELASI dikelas bersama peserta didik yang penah penulis lakukan.

A. Alat dan Bahan :

1. LCD Proyektor

2.  Gambar Pola Kue

3.  Gunting

4. Lem

5. Kain Flanel dan Manik-manik

6. Mangkok kecil

B. Langkah-langkah bermain :

1. Pendidik menjelaskan materi dari tema dan sub tema kegiatan hari ini, yaitu dengan tema lingkungan sosial dan tema pasar. Pendidik menggunakan LCD proyektor untuk menampilkan beberapa kegiatan yang ada dipasar, dalam proses pemutaran video pendidik mencoba memancing ketertarikan kepada anak anak. Dengan menjelaskan bahwa dipasar terjadi jual beli, dengan tujuan anak mampu berpikir kritis terkait barang atau benda apa yang bisa dibeli ketika dipasar. Anak sudah mampu menyebutkan beberapa macam benda atau barang yang bisa dibeli, seperti sayur, ayam, ikan, burung, jajan snack dan sebagainya.

2. Diwaktu bersamaan guru juga menggunting berbagai gambar kue yang telah di print out, ketika anak menyebutkan berbagai benda yang bisa dibeli dipasar. Karna dalam pembelajaran kelas ini berbasis sentra, jadi anak tertarik terhadap gambar apa yang digunting oleh pendidik.

3.  Setelah itu , pendidik  mencoba menanyakan kepada anak terkait gambar kue yang dipegang. Cara tersebut dipakai sebagai upaya agar anak dapat fokus dalam materi yang ingin disampaikan, kemudian dilanjutkan anak-anak dipancing untuk menyebutkan kue kesukaan mereka baik dari warna, rasa maupun tempat mereka beli.

4. Kemudian anak menggunting sesuai pola gambar dan bebas menempel berbagai manik-manik dan kain flanel sesuai dengan keinginan bentuk maupun warnanya. Kemandirian ini muncul ketika anak memilih dan mengambil bentuk maupun warna pada manik-manik dan kain flanel untuk membentuk suatu gambar kue. Diakhiri dengan menempelkan kertas putih sebagai perekat gambar, juga sebagai bentuk melatih anak untuk mandiri. Anak menyelesaikan proyek ini tanpa bantuan dari pendidik, jadi untuk hasil akhirnya merupakan hasil murni karya dari anak.

5. Dan ketika anak menyelesaikan proyek tersebut, pendidik wajib mencari tahu mengapa anak memakai manik-manik atau kain flanel dengan bentuk atau warna itu. Karena ada beberapa anak laki-laki yang tidak mau menempel menggunakan manik manik, hanya menggunakan kain flanel saja. Hal ini merupakan upaya dari pendidik, untuk anak berpikir imajinasi dalam perkembangan kreativitas tanpa memaksa kemampuan anak melalui menanyakan berbagai pertanyaan  dan memberikan apresiasi pada setiap hasil proyek anak.

Semoga bermanfaat dan dapat dikembangkan lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih<3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun