Mohon tunggu...
Wulan Sari
Wulan Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia UPI

Seeorang mahasiswa yang tertarik dengan linguistik

Selanjutnya

Tutup

Book

Mengikis Korea Selatan yang Romantis (Resensi Ikan Adalah Pertapa Karya Ko Hyeong Ryeol)

21 Juni 2023   14:15 Diperbarui: 21 Juni 2023   14:20 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku          : Ikan Adalah Pertapa
Pengarang          : Ko Hyeong Ryeol
Penerjemah       : Kim Young Soo & Nenden Lilis Aisyah
Penerbit              : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Jakarta
Tahun Terbit    : 2023 (Cetakan Pertama)
Tebal                    : xxiii + 282 halaman

Fakta yang harus kita terima adalah setiap negara berusaha menutupi masalahnya keluar dan hanya memperlihatkan sisi terbaiknya saja. Salah satu yang melakukan ini adalah Korea Selatan, kita selalu dibuai dengan musik dan dramanya hingga bermimpi untuk tinggal di sana. Buku Ikan adalah pertapa ini membawa kita menjelajahi Korea dari sisi yang belum pernah kita tahu sebelumnya.

Kenapa saya bilang belum pernah kita ketahui? Sebenarnya mungkin beberapa fakta ini ada hanya saja banyak tertutupi oleh romantisme yang banyak diketahui oleh kita terkait Korea Selatan. Di halaman awal saja kita dibawa kepada keadaan yang tidak aman dan mencekam. Kita bisa melihat pada kutipan ini. Ya, aku baru tahu/ Jangan menangis, jangan menangis/ Aku melindungimu/ Menjadi kuda goyang untukmu/ menjadi mata untukmu// ("Puisi Ombak",  Ryeol, hlm. 6). Dalam kutipan kita bisa melihat bagaimana aku lirik mencoba untuk melindungi kamu agar tenang dalam keadaan yang terjadi. Keadaan yang dirujuk puisi itu dalam benak saya adalah masalah perundungan yang cukup tinggi di Korea, dan si aku lirik ini mencoba melindungi si kamu lirik dari perundungan yang dia rasakan.

Jika masalah perundungan ini tidak cukup mengagetkan dan dianggap biasa saya, kita bisa membuka beberapa halaman selanjutnya dan berhenti di puisi berjudul "Menangkap Cahaya yang Tak Dapat Menyebrang". Pada puisi itu saya hilang fokus pada bagian .../Yang lebih uranium daripada uraniuim/ Yang lebih karbon daripada karbon/... ("Menangkap Cahaya yang Tak Dapat Menyebrang, Ryeol, hlm. 11). Dari dua larik tersebut penyair mencoba merepresentasikan nuklir yang digunakan dalam perang, dan sempat menjadi permasalahan dengan Korea Utara.

Perang dengan menggunakan senjata nuklir ini diawali oleh negara adikuasa yang melakukan penyerangan ke Jepang. Nuklir tersebut dijatuhkan dalam bentuk bom bernama "Little Boy". Penyair juga menangkap peristiwa ini di dalam bukunya dalam kutipan ini.

Jelas sudah, seluruh waktu kita telah dikorbankan
Sesaat sebelum beberapa cahaya mekar kembali
berupaya membawakan napas panjang dan puisi
Namun, tak ada hal yang terlamba
t

("Menangkap Cahaya yang Tak Dapat Menyebrang, Ryeol, hlm. 11)

Bait ini merupakan penolakan penyair terhadap penggunaan nuklir dalam perang tersebut. Namun, penolakan tersebut sis-sia karena hal tersebut sudah terjadi dan memakan korban. Hubungan penyair KO dan Jepang memang cukup dekat karena puisinya yang berjudul "Little Boy" dengan gambaran kehancuran akibat jatuhnya bom atom mendapatkan reputasi baik dari pembaca Jepang.

Selain menyajikan masalah sosial, sejarah dan politik, penyair KO juga menyoroti dan mengkritik kehidupan manusia. Salah satunya adalah puisinya yang berjudul "Kesewenang-wenangan kepada Sang Surya", yang menggambarkan kegiatan manusia yang merusak lingkungan. Penyair KO dalam puisi ini menggunakan personifikasi dari sudut pandang bumi yang marah kepada manusia. Namun, marahnya pun tidak meledak-ledak tapi santai dan menusuk, jelasnya pada larik berikut.

...
Tapi umat manusia sama sekali tidak mengucapkan
terima kasih walau hanya sekadar basa-basi
....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun