Cangkul di pundak, harapan di hati,
Ia berserah pada takdir pagi.
Setiap hela nafasnya adalah doa,
Tangan kasarnya merangkai harapan,
Pada tanah, pada langit, pada embun,
Yang senantiasa menari di ujung-ujung daun.
Sinar mentari mulai merayap,
Mengusir dingin, membalut alam dalam peluknya,
Namun petani tetap diam,
Dalam sepi, ia berpeluh dalam irama yang setia.
Oh, pagi ini adalah puisi,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!