Mohon tunggu...
Shri Werdhaning Ayu
Shri Werdhaning Ayu Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia Brang Wetan

Anak Lumajang yang lahir di Bumi Lumajang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perekonomian Negeri Jawa dalam Catatan Tome Pires

7 Agustus 2019   01:37 Diperbarui: 7 Agustus 2019   01:43 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negeri Jawa hanya memiliki (barang dagangan) kaum pagan yaitu : empat atau lima jenis beras yang besarnya tak terhitung, beras -- beras ini sangat putih dan kualitasnya lebih baik dibandingkan beras dari wilayah manapun. 

Tempat ini juga menghasilkan sapi jantan, sapi, domba, kambing, kerbau yang tak terhitung banyaknya dan tentu saja babi -- di seluruh penjuru pulau dipenuhi oleh binatang ini. Di sini juga terdapat rusa berbagai ukuran, buah -- buahan dan  berbagai jenis ikan di sepanjang pesisir pantai. Udara di negeri ini segar, begitu juga dengan airnya. 

Terdapat barisan pegunungan, dataran yang luas dan lembah -- lembah yang membuatnya tampak seperti negeri kita. Orang -- orang di sini berpenampilan rapi dan mengesankan, tanpa adanya noda dan kulit mereka tidak hitam, malahan cenderung putih. Berbeda dengan kita yang menyisir rambut ke bawah, mereka menyisirnya ke arah berlawanan untuk menunjukkan kesan elegan. Jawa juga menghasilkan anggur yang lezat dengan jenisnya yang khas serta banyak minyak. Namun mereka tidak memiliki mentega atau keju karena mereka tidak tahu bagaimana cara memproduksinya.

Jawa menghasilkan emas dalam jumlah besar -- 8 atau 8,5 cetakan mate; topas; kemukus mencapai lebih dari 30 bahar setiap tahunnya; cabe jawa; asam yang cukup untuk memenuhi seribu kapal. Di hutan dapat ditemukan trengguli berkualitas; kapulaga; beras; sayuran dan budak. Sebagai komoditas, mereka menjual ke Malaka kain Jawa dalam jumlah yang tak terhingga. 

Selain itu terdapat tambang topas di Jawa. Mereka juga menghasilkan cukup tembaga dan lonceng dari fruseleira untuk memenuhi kebutuhan di wilayah itu. barang -- barang tersebut merupakan komoditas dagang yang baik.

Koin dan satuan berat di Jawa

Koin yang digunakan di Jawa adalah cash dari Cina, 1000 uang ini bernilai sama dengan 25 calai---100 calai sama dengan 3 cr

uzado. Seribu koin juga disebut 1 puon. Berdasarkan kebiasaan di negeri tersebut, jika anda menyerahkan seribu, mereka akan memberikan tiga puluh lebih sedikit. Tiga puluh tersebut diambil sebagai pajak yang diserahkan kepada penguasa wilayah tersebut. Semua aktivitas perdagangan di negeri ini dilakukan dengan menggunakan koin -- koin ini. 

Jawa tidak memiliki koin yang terbuat dari emas maupun perak dan sangat menyukai mata uang orang barat, terutama uang -- uang Portugal. Kata mereka --orang Jawa--, negeri yang mampu menghasilkan koin- koin seperti itu pastilah negeri yang berkondisi sama seperti Jawa. Emas yang di bawa dari Jawa ke Malaka akan bertambah nilainya sebanyak satu pada setiap lima emas. 

Keuntungan yang didapatkan dari barang dagangan yang dikirimkan dari Malaka ke Jawa nyaris tidak ada, namun, komoditas dagang yang dikirimkan dari Jawa ke Malaka menghasilkan keuntungan besar.

Demikianlah sedikit catatan mengenai perekonomian Negeri Jawa yang dituliskan oleh Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental. Sebenarnya masih banyak detail yang belum saya sebutkan agar kita bisa mencerna informasi secara bertahap. 

Jelas bahwa komoditas dagang di Malaka dan di Jawa sangat berbeda. Beberapa hal seperti bahan tambang dan batu berharga tampaknya menjadi tokoh utama, selain beras tentunya, dalam memainkan peran "penyumbang keuntungan" terbesar dalam perdagangan di Malaka.

Tidak ada penjelasan mengapa perdagangan komoditas dari Jawa di Malaka bisa menghasilkan keuntungan yang besar. Mungkin terkait dengan jenis barang, atau juga disebabkan dari lokasi Jawa dan Malaka. Apabila dianalisis, posisi Malaka yang berada di pusat perdagangan dan pelayaran dunia pada waktu itu, memungkinkan untuk menjual barang -- barang khas Jawa dengan harga tinggi. 

Sebaliknya, ketika perdagangan dilakukan di Jawa, komoditas yang mereka bawa kebanyakan adalah kain dan sapi, sesuatu yang berharga tetapi tidak bisa dijual dengan harga tinggi---tidak setinggi batu berharga. 

Dari posisinya, Jawa bisa dikatakan sebagai pasar lokal jika dibandingkan dengan Malaka yang menjadi pusat pasar internasional. Sehingga apa yang dibawa dari Malaka, hanya bisa dijual kepada penduduk sekitar  dengan harga yang standar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun