Aktivitas mereka bahkan kerap dibubarkan aparat keamanan. "Saya terlibat dalam penggalangan bantuan untuk pengungsi Nduga dan pengungsi di tempat lain. Tetapi, ketika kami menggalang bantuan, polisi justru datang dan tanya kepada kami 'kenapa buat bantuan atau mengkoordinir bantuan, tidak ada pengungsian di Papua'," ujarnya.
Haluk menyatakan negara berusaha mengisolasi persoalan Papua dengan menyangkal berbagai kasus kekerasan yang terus terjadi di Tanah Papua. "Itu jadi masalah, dan kami sedang diajarkan, diyakinkan bahwa kekayaan kami yang diinginkan, tetapi orang Papua tidak diinginkan. Dalam pandangan kami, generasi muda [Papua], tidak ada masa depan orang Papua dalam bingkai NKRI," katanya.
Haluk menyatakan selama ruang demokrasi orang Papua dibungkam, pelanggaran HAM tidak diselesaikan, dan perlakuan rasis terus terjadi, orang Papua akan semakin meyakini bahwa Papua memang harus berdiri sebagai bangsa sendiri. "Realita itu semakin menguatkan iman kami [orang Papua], bahwa kami tidak boleh berada dalam  Indonesia," ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H