Mohon tunggu...
Wulan Arvelia
Wulan Arvelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Pernah cinta dan kembali belajar untuk mencintai tulisan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Menilik Politik dalam Kisah Binatang Ternak Melalui Animal Farm

21 Desember 2022   19:40 Diperbarui: 21 Desember 2022   19:54 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Identitas buku 

Judul :Animal Farm

Pengarang : George Orwell

Penerjemah : Prof. Bakdi Soemanto

Jumlah halaman : iv + 144

Penerbit : PT Bentang Pustaka

Tahun terbit : 2020 (cetakan kesembilan)

Harga : Rp49.000,00

Berhasil melakukan pemberontakan dan menguasai Peternakan Manor ternyata bukan akhir bahagia bagi para binatang ternak. Dibawah pimpinan dua babi muda bernama Napoleon dan Snowball, kisah para hewan itu masih berlanjut dengan pergolakan yang kian memanas.

Tak cukup dengan kudeta yang dilakukan oleh Napoleon dengan mengusir Snowball dan menyebarkan tuduhan bahwa babi itu berkhianat kepada hewan ternak, kebusukan pemerintahan Napoleon di Peternakan Manor justu kian menjadi-jadi. Binatangisme yang awalnya mereka gelorakan melalui tujuh perintah binatang sebagai simbol kebebasan itu melenceng jauh, berubah secara perlahan dan hanya menguntungkan Napoleon selama ia memimpin peternakan.

George Orwell melalui Animal Farm secara tidak langsung menunjukkan kepada pembaca betapa hebat dan kuatnya kekuasaan politik hingga mampu menguasai akal. Prinsip bisa hanya menjadi prinsip dengan adanya kekuasaan. Hal itu digambarkan dengan jelas lewat Napoleon yang makin lama makin tampak layaknya manusia, padahal sebelumnya ia sangat membenci perlakuan manusia yang semena-mena kepada binatang ternak.

Berangkat sebagai satire atas totaliterisme Uni Soviet pada masa Perang Dunia II, ternyata Geroge Orwell mampu membuat Animal Farm menjadi dongeng yang menarik sekaligus menyentil atas kehidupan berpolitik. Secara sederhana, George Orwell menuangkan kritik dan sindirannya lewat kisah hewan ternak yang memerdekakan diri dan membuat pemerintahan mereka sendiri. 

Cerdas dan tepat, mungkin kedua kata itu yang menurut saya mampu menggambarkan bentuk kritik serta sindirian George Orwell di buku Animal Farm ini.

Meskipun buku ini terkesan berat karena latar belakang penulisannya berupa alegori politik, tapi buku ini juga sangat cocok bagi pembaca yang menyukai bacaan ringan. Kemasan novel dengan kisah fabel ini mampu membuat pembaca terpedaya akan kisah dan alurnya. Membalik lembar demi lembar buku dan mengikuti kisah para binatang ternak atas kemerdekaan mereka, menurut saya tidak akan membosankan. Jadi, kapan kamu akan membacanya?

Selamat membaca!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun