Mohon tunggu...
Retno Wulandari
Retno Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Raden Mas Said Surakarta

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pentingnya Kesehatan Mental bagi Mahasiswa: Mengatasi Tantangan Semester Tua

19 Maret 2024   10:10 Diperbarui: 25 Maret 2024   01:00 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa mengerjakan penelitian skripsi. (dok. Shutterstock via kompas.com)

Sebagai mahasiswa yang telah memasuki semester tua, tentu ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Tak hanya masalah akademik, tapi juga persoalan pribadi dan sosial yang mungkin semakin kompleks dan rumit. 

Di tengah semua itu, kesehatan mental menjadi hal yang tak boleh diabaikan. Inilah mengapa pentingnya kesehatan mental bagi mahasiswa semester tua begitu penting untuk di perhatikan, terutama untuk mengatasi tantangan semester tua.

Diketahui bahwa semakin tinggi tingkat semester, semakin kompleks pula materi yang harus dipelajari. Mahasiswa semester tua seringkali dihadapkan pada tugas akhir, ujian besar, dan tanggung jawab lain yang menuntut waktu dan energi ekstra mereka. 

Tekanan ini dapat memengaruhi kesehatan mental mereka jika tidak dikelola dengan baik. Malah bisa berdampak buruk ataupun negatif jika mahasiswa semester tua tersebut tidak bisa untuk menyeimbangkan.

 Mahasiswa yang telah mencapai semester akhir sering kali mengalami tekanan yang meningkat untuk mengambil keputusan tentang arah karir atau langkah selanjutnya setelah kelulusan mereka. 

Saat persaingan di pasar kerja semakin sengit, hal ini dapat menimbulkan rasa cemas dan ketidakpastian terkait masa depan, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.

Di tengah-tengah tanggung jawab akademik yang semakin bertambah dan upaya mempersiapkan diri untuk masa depan berkarir, mahasiswa yang telah mencapai semester tua juga dapat mengalami tantangan dalam menjaga keseimbangan antara kehidupan sosial dan akademik. 

Beberapa di antara mereka mungkin merasa terisolasi dari lingkungan sekitar, entah karena perbedaan minat atau kesibukan yang berbeda-beda dengan teman-teman mereka. 

Perasaan kesepian yang muncul dapat menjadi pemicu stress dan depresi jika tidak dikelola dengan baik. 

Maka dari itu pertemanan pada semester tua sangat berpengaruh untuk kesehatan mental, dengan begitu mempunyai teman di perkuliahan dan di semester tua akan menjadikan support System yang berpengaruh dalam menjalani tugas akademik maupun permasalahan pribadi.

Untuk menjaga kesehatan mental yang optimal, mahasiswa yang berada di semester tua memerlukan dukungan emosional dan psikologis yang kuat dari berbagai sumber, termasuk teman sebaya, keluarga, dan lembaga pendidikan. 

Selain itu, bantuan dari konselor atau ahli kesehatan mental juga dapat memberikan manfaat signifikan dalam menangani tekanan dan tantangan psikologis yang mungkin dihadapi. 

Dengan demikian, menciptakan lingkungan yang mendukung dan memanfaatkan sumber daya profesional dapat menjadi langkah penting dalam memelihara kesejahteraan mental di kalangan mahasiswa semester tua.

Sayangnya, meskipun telah berbagai upaya dilakukan, stigma terhadap kesehatan mental masih terus menempel di kalangan masyarakat, bahkan di lingkungan akademik seperti perguruan tinggi. 

Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa yang telah mencapai semester tua untuk berani menghadapi stigma ini dengan cara membuka diri tentang tantangan yang mereka hadapi dalam hal kesehatan mental dan mencari pertolongan jika diperlukan. 

Dengan menyadari bahwa kesehatan mental memiliki tingkat kepentingan yang setara dengan kesehatan fisik, mahasiswa diharapkan dapat memberikan perhatian yang layak terhadap aspek kesejahteraan ini dan tidak mengabaikannya.

Dengan begitu penting bagi mahasiswa semester tua untuk memperhatikan kesehatan mental mereka karena mereka dihadapkan pada banyak tantangan akademik, pribadi, dan sosial yang kompleks. 

Tekanan dari tugas akhir, persaingan di pasar kerja, kesepian, dan stigma terhadap kesehatan mental dapat berdampak negatif jika tidak dikelola dengan baik.

Mahasiswa perlu mencari dukungan dari berbagai sumber, termasuk teman, keluarga, lembaga pendidikan, serta konselor atau ahli kesehatan mental, dan mengatasi stigma dengan membuka diri tentang tantangan yang mereka hadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun