Lalu apakah saya punya hak untuk berbicara tentang kota ini? Kant sendiri meyakini bahwa setiap orang hanya bisa mempunyai pengetahuan tentang sesuatu secara subyektif. Jadi satu-satunya pengetahuan yang sahih bagiku soal kota Kupang adalah seperti apa kota ini bagiku. Saya tidak akan pernah mendapatkan pengetahuan tentang kota Kupang ‘itu sendiri’ lepas dari kesan-kesan indraku. Karena itu persepsi ini hanya berlaku untuk diriku sendiri.
Sekitar sebulan setelah bermukim di Kupang, seorang kawan orang Sunda, jalan kaki dari tempat kami tinggal di sekitar taman nostalgia ke Ramayana. Niatnya memang untuk olahraga sekalian belanja. Lacurnya setengah perjalanan dia kehilangan orientasi arah. Bertanya arah pada seorang bapak, dia malah ditawari tumpangan dengan motor. Akhirnya jadilah dia naik motor sampai Ramayana. Kali lain ketika bertanya arah atau lokasi, orang-orang selalu berusaha membantu dengan sepenuh hati.
Setiap manusia memiliki hukum moral di dalam dirinya yang melekat dalam akal dan mendahului setiap pengalaman. Kant merumuskan hukum moral itu sebagai: “Bertindaklah dengan cara sedemikian rupa sehingga kamu selalu menghormati perikemanusiaan, entah kepada dirimu sendiri maupun kepada orang lain, bukan hanya sekali-sekali, melainkan selalu dan selamanya.”
Rumusan mudah namun sulit sekali dilakukan ini memaksa kita untuk mengalahkan diri sendiri karena bertindak moral secara benar berarti mengikuti hukum moral dalam diri dengan niat baik tanpa mempertimbangkan kepentingan diri sendiri.
Serupa dengan prinsip universal yang pernah diucapkan Yesus dan tercatat dalam Matius 7:12, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Kebebasan tidak didapatkan dengan melakukan apapun yang ingin kita lakukan, karena kadang dalam keinginan untuk melakukan apapun kita menjadi budak dari keegoisan kita sendiri, atau budak dari nafsu kita sendiri.
Jika kebebasan itu hanya mengikuti kesenangan dan kebutuhan sendiri, apa bedanya kita dengan binatang? Hanya jika kita mengikuti ‘akal praktis’ kitalah, yang memungkinkan kita untuk menentukan pilihan-pilihan moral, kita menjalankan kehendak bebas kita.