Mohon tunggu...
wahyu triatno
wahyu triatno Mohon Tunggu... Pencari nafkah keluarga -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Secret Admirer"

6 Februari 2018   10:42 Diperbarui: 6 Februari 2018   11:13 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Denger-denger ELO nggak suka kalo gue JADIAN sama Aina?" Telunjuk Doni menekan dada Aping.

"Gue cuma mo bilang, jangan sampe lu sakiti sahabat gue." Ujar Aping memberanikan diri.

Doni tersenyum sinis. "Gue kasih tau nih. Aina itu cuma sebagai alat buat gue supaya gue balik lagi sama Sonya. Ngerti? Jadi gue sama Aina  udah pasti putus. Trus elo mo apa?"

Aping terperanjat. Ia  shock mendengarnya. Ingin rasanya memukulinya melampiaskan amarah, tapi  jika mengingat bahwa Doni adalah atlet Taekwondo bersabuk coklat dan  aikido, agak males juga jadinya. Lagipula dia sekarang kebelet banget.

"Jadi elo kalo masih nafsu sama Aina, tunggu aja nanti setelah gue putusin. Ngarti?" Tambah Doni lagi.

Aping geram. Matanya merah membara. Doni nggak sadar bahwa kata-katanya  membangunkan macan tidur. Dan seperti kita ketahui bersama, setiap macan  di seluruh penjuru dunia nggak pernah peduli sama yang namanya  Taekwondo. "Gue tunggu elu di kantin belakang. Jam 3. Setelah sekolah  bubar!" Tantang Aping menahan gejolak amarah.

"Oke! Gue tunggu elo di sana!" Senyum Doni sinis.

Aping bergegas masuk ke toilet, lalu mendadak kembali keluar. Siapa sih yang boker nggak di siram!! Bener-bener Shitt!!

+++

Sore itu suasana semakin mencekam. Jeko dan Lila terlihat cemas.  Bagaimana tidak, sahabatnya yang satu ini bakal jadi semur dan perkedel  sebentar lagi. Sedangkan Aping mati-matian mengusir rasa cemas dalam  bayangan suntikan dokter atau libatan perban yang berterbangan di  kepalanya. Di sisi lain, Doni sedang asik makan  goreng-gorengan sambil menunggu lawannya bersiap-siap.

Aping dan Doni melangkah ke tengah arena. Semuanya dalam gerakan lambat.  Daun-daun berguguran seperti sedang berbelasungkawa. Hari ini akan ada duka dan nestapa! Beberapa anak yang masih menikmati cemilannya, menyingkir pelan-pelan.  Belasan pasang mata akan menjadi saksi hidup kejadian spektakuler ini. Di pojok sana, Bu  kantin terlihat agak tergesa-gesa memberesi barang-barang pecah belah,  karena dagangannya sudah habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun