Pernah pula seorang teman lainnya (sebut saja namanya P) pamer kalau kakak wanitanya pembuat kue kering paling enak. Saya tak mau terima, saya juga pamer kalau teman saya juga mempunyai kakak wanita pembuat kue kering paling enak. Teman saya masih saja ngeyel, baru ngeh (tepatnya kecele, sambil senyum kecut) kalau wanita yang saya maksud ya kakaknya juga, bukankah P teman saya? Sekedar mencandai saja, hehehe….
Memamerkan prestasi akademik masih bisa dimaklumi, namun ada yang malah bangga memamerkan keburukannya, misalnya menceritakan upayanya menyuap saat masuk PNS. Ada yang merasa bangga bisa menenggak bir sekian botol, dll.
Pamer dengan tujuan macam-macam itu bisa berupa memajang foto profil (di blog) atau foto yang ditempel di dinding ruang tamu, misalnya: foto nampang di depan rumah atau mobil mewah (bisa milik orang lain) agar dianggap kaya; foto sedang merangkul macan putih (biasa di taman safari, Bogor) agar dianggap pemberani; foto sedang menyantuni yatim piatu agar dianggap dermawan; foto di depan rak buku perpustakaan agar dianggap kutu buku/pintar; memakai jilboobs supaya terlihat sexy (padahal memang sexy yak); memasang foto tentara di warung makan agar yang mau ngemplang makan pikir-pikir/takut, dll. (lihat pula tulisan: [1] Memamerkan kebohongan).
[caption id="attachment_351805" align="aligncenter" width="300" caption="Sang Pemberani"]
Boleh jadi foto-foto itu memang mengungkapkan kenyataan sebenarnya. Oleh karena itu sebaiknya memang tak perlu sinis apalagi berprasangka buruk. Pun bila foto-foto itu tidak mengandung kebenaran, saya anggap pemiliknya sedang memodelkan keinginannya, dengan melihatnya setiap hari, boleh jadi akan memberi semangat untuk mewujudkannya. Bukankah para motivator menyarankan untuk menuliskan/mengungkapkan keinginan/tujuan, agar mudah mengingatnya?
Kembali ke laptop, terhadap status facebook teman di atas, tak cuma saya, beberapa teman lainnya memberi acungan jempol pertanda setuju, bahkan ada yang berkomentar: “Setuju boss.... lebihnya bagi-bagi ke saya yaaa (ngarepmode.on)” (Depok, 8 Agustus 2014)
------------
Tulisan terkait:
[2] Memamerkan Kekayaan di Kompasiana
Sumber Ilustrasi : Di sini