Mohon tunggu...
Cintawp
Cintawp Mohon Tunggu... -

fans marilyn monroe.suka novel dan baca planet kenthir kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berjualan Es Kelapa dengan Ayah dan Ibu [Example]

23 Mei 2016   01:25 Diperbarui: 23 Mei 2016   01:55 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esti adalah seorang anak yang masih berusia 9 tahun, Esti harus terus membantu orang tuanya berjualan es kelapa di sebuah pinggiran ibukota, ayah dan ibu Esti setiap pagi pukul 10 berangkat menuju lapak kaki lima tempatnya berjualan, Esti sendiri berangkat menuju sekolahnya pukul 06.

Ayah Esti sama sekali tidak berpendidikan, hanya menyelesaikan sekolah hingga kelas 2 sekolah dasar, karena sewaktu itu ayah Esti adalah seorang yatim piatu, ibu Esti hanya lulusan sekolah dasar, namun keduanya bertekad untuk menyekolahkan Esti hingga setinggi-tingginya.

Seperti biasa selepas pulang sekolah Esti tidak langsung menuju rumah, melainkan ke tempat berjualan orang tuanya, karena sudah menjadi kebiasaan, jadi setiap hari Esti berganti baju seragam sekolah di sebuah toilet umum dekat lapak kaki lima es kelapa tersebut. Sesama pedagang lainya di tempat itu sangat ramah terhadap Esti dan keluarga.

Ayah, nanti kalau Esti sudah besar Esti ingin seperti itu,'berkata Esti sambil menunjuk segerombolan dokter magang di rumah sakit seberang gerobak es kelapa'.

Ya kamu bilang ke ibu dong, 'biar nanti ayah dan ibu menabung yang banyak untuk bisa mewujudkan harapan kamu,' balas sang ayah.

Ibu,. ibu lihat mereka, itu bu, 'sembari memegang lengan ibunya Esti memperlihatkan para dokter yang cantik-cantik tersebut melangkah menuju sebuah rumah makan, 'Aku nanti ingin seperti mereka ya bu', sambung Esti.

Dengan tersenyum lebar yang terpancar dari lembutnya bibir ibunda, keluarlah kalimat yang tanpa beban dan tiada sedikitpun kesurutan atau ketakutan akan sebuah harapan sang anak "sip..!  Ayah dan ibu akan menyekolahkan kamu menjadi dokter yang hebat! sekarang Esti bantu ambilkan air  untuk mencuci gelas dulu, itu pelanggan kita sudah mengantri, gelasnya nanti habis."

Dengan hati riang gembira Esti keseharianya selalu membantu ayah dan ibunya melayani, mencuci gelas, juga membuang sampah batok kelapa pada tempat sampah yang tersedia di deretan kedai gerobak.

Tanpa di sadari keajaiban selalu ada menyertai setiap umat manusia, bila ayah dan ibu Esti mungkin kurang beruntung karena tidak mengenyam pendidikan secara lengkap, tidak dengan Esti, dia menjadi anak yang cerdas, bangku sekolah dasar dilahap dengan selalu menempati ranking 1, bangku sekolah menengah juga di santap dengan baik, ketika di bangku SMU Esti menjadi juara umum dengan nilai terbaik.

Ayah dan ibu Esti sangat bangga dengan anaknya, mereka tidak menyangka Esti akan menjadi anak pintar, "bu,.. semoga Esti jadi dokter ya, ayah ingin mewujudkan mimpi Esti, karena ayah tidak bisa membahagiakan anak kita,' ibu dukung ayah ya".

"Yah,.. Ayah harus optimis, ibu akan selalu mendukung dengan sepenuh hati dan keikhlasan, Kita tetap menjadi manusia yang beruntung yah, bagaimanapun Esti adalah hadiah terbesar dari Tuhan".

Selepas sekolah menengah umum Esti mendapat beasiswa untuk masuk fakultas kedokteran sebuah universitas negeri ternama tanpa membayar biaya sepeserpun. Banyak pihak mempertanyakan metode pengajaran kepada orang tua Esti, orang tua Esti tidak banyak menjawab, karena memang tidak mengerti metode tersebut, dengan santai keduanya selalu mengatakan "kami hanya menjaga impian sang anak dalam bercita-cita".

"Esti, kamu itu sudah jadi mahasiswi kedokteran, kamu itu calon dokter, masa liburan semester begini kamu pakai untuk membantu ayah dan ibu jualan,' memang kamu tidak ingin praktek mencari pengalaman atau apa itu, magang di Puskesmas..?"

Dengan tersenyum Esti menjawab pertanyaan ayahnya, "ayah, Kuliah itu ada masanya praktek kerja lapangan atau di sebut PKL, dan kuliah kerja nyata, tapi itu nanti, tidak sekarang, sekarang Esti membantu mencuci gelas dahulu, Itu lihat pelanggan es kita sudah mengantri, Ayo sekarang ayah ikut bantu".

Cap cus ya Esti (kan ayah tidak tahu).

Planetkenthir doc
Planetkenthir doc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun