Mohon tunggu...
Mardigu Wowiek Prasantyo
Mardigu Wowiek Prasantyo Mohon Tunggu... -

Pembisnis Diehard Enterpeuner, Amateur writer, Psychology antusias, Pakar mikroexpresi, Pengamat Intelegent, Pengamat Terorisme.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

“Jangan Ada Guling antara Kita”

29 Juni 2016   10:49 Diperbarui: 29 Juni 2016   12:26 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah-tengah pembicaraan kami , tiba-tiba mas nunu (erbe sentanu) memotong diskusi kami dan bertanya kepada rekan dari Negara lain..” excuse me..do you guys understand what we are discussing? Because some of you seem interested and nodding head like you know what happened ? “ . dia bertanya apakah rekan-rekan pada mengerti karena beberapa terlihat mengikuti percakapan kami dan mengguk-angguk seperti faham.

Dan ajaibnya terdengar jawaban seperti penyanyi koor..oh yes, we do understand! jawab mereka sentak. Lalu satu persatu mereka mencoba menebak isi dialog kami dengan menunjuk sahabat kami yang kurus tinggi..Itu si yoyok, dia lagi kangen keluarganya, kata rekan dari philipina. Itu yang senyum terus ( mas imam) lagi pengen makanan asli daerahnya, kata teman asal inggris, itu si wowiek pengen makan daging, kata rekan dari india. Sungguh mengagetkan jawaban rekan kami dari negeri lain tersebut karena topic itulah yg sedang kami diskusikan. Kok bisa ya mereka mengerti kami sedang berbicara apa?

Disinilah mungkin asahan hati selama 7 malam digojlok. Setiap sesi berisi hal yang ajaib dan aneh. Belum pernah ada di tempat lain dan sangat sulit di tiru. Karena suasana –ambiance, dukungan fasilitas, bau-bauan yang setiap sesi selalu di ganti, pemandangan yang setiap sesi di rubah. Sebuah teknik pelatihan yang experiential dan sangat detail. Sesinya berat banget, sulit di ceritakan. Yang membuat saya bahkan heran-heran kok kepikiran buat seperti ini. Sehingga hati itu ibarat di reshape, di tata ulang, di bentuk. Di tempa. Sekali lagi, hati loh, ngak ngak ada wujudnya, yang ngak jelas di mananya letaknya. Hati itu masalah rasa.

Sehingga entah bagaimana, gojlokan 7 malam itu membentuk sebuah cawan baru dan bentuk baru dari hati kita. Sehingga dalam acara makan pagi tersebut, itu adalah bukti apa yangterjadi dari kami yang mengikuti acara tersebut. Yaitu, walau secara kata-kata mungkin mereka (rekan dari berbagai Negara) tidak mengerti artinya namun secara vbibrasi, ekspresi wajah, intonasi, gerak tubuh bisa dibaca dengan hati (mereka) yang bersih.

Di sisi lain, mungkin sekali rekan kami dari Negara lain tadi jadi mengerti percakapan kami, karena kami menggunakan kesungguhan rasa dalam berbicara dan rupanya gambaran itu yang tertangkap oleh hati rekan kami. Walau kata tidak di mengerti namun rasa hati itu sama. Hati itu bahasa universal dunia. # may peace be upon us

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun