Mohon tunggu...
Mardigu Wowiek Prasantyo
Mardigu Wowiek Prasantyo Mohon Tunggu... -

Pembisnis Diehard Enterpeuner, Amateur writer, Psychology antusias, Pakar mikroexpresi, Pengamat Intelegent, Pengamat Terorisme.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

“Jangan Ada Guling antara Kita”

29 Juni 2016   10:49 Diperbarui: 29 Juni 2016   12:26 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan menurut saya dalam kehidupan jika kita punya persoalan hidup maka bisa dipastikan bahwa tidak ada yang membantu kita kecuali diri kita sendiri. untuk itu kita harus bisa push kelimit diri sendiri.

Walaupun kita berteman banyak, namun untuk mereka membantu kita, maka setoran emosi dimasa lalu alias perilaku baik masa lalu yang menentukan. Dan kalau ternyata tabungan emosi kita rendah, maka jangan harap pertolongan teman hadir cepat, kita sendiri lagi balik-baliknya yang menyelesaikan masalah kita.

Seperti sahabat semua tahu, tabungan emosi ini adalah perbuatan baik terhadap rekan, dari hal yang kecil-kecil hingga hal yang besar dalam jangka panjang. Hal kecil seperti mengucap salam, memuji, memberi perhatian, hingga memberi buah tangan dan berbagai macam hal yang membuat emosi positif pada rekan tersebut. Setiap emosi positif di berikan oleh anda, artinya anda menabung kebaikan kepadanya. Itulah di catat sebagai saldo tinggi/besar di rekening bank tabungan emosi teman anda.

Di saat seperti ini, ketika tabungan bank emosi kebaikan anda besar terhadap seseorang, maka ketika anda melakuakn “penarikan”- misalnya permintaan tolong, dia dengan cepat beraksi membantu. Namun kalau kita tidak punya tabungan bank emosi yang tinggi di banyak orang, maka ketika anda meminta pertolongan, jawabannya anda pasti bisa tebak.

Itulah yang dimaksud tulisan di atas yang mengingatkan, kalau rekening emosi kita tidak banyak, maka kalau ada masalah ya kita sendiri yang menyesaikan masalah tersebut.

Kembali ke kegiatan di kota negeri jiran tersebut, salah satu sesinya adalah peserta harus puasa mikir!..bayangkan, otak yang penuh dengan pikiran-pikiran, prasangka-prasangka, asumsi-asumsi, celetukan-celetukan liar harus dihentikan, dikendalikan namun tetap harus beraktifitas.

Ini sulitnya bukan main. 5 menit bisa menjadi waktu yang lama, karena berusaha membuat pikiran supaya ngak mikir. Hanya visual, hanya rasa yang boleh digunakan dan otak tidak boleh berpikiran! Kata-kata tidak ada, pikiran dibuat hening. Sulit pastinya..dan iya sulit sekali.

Ternyata pikiran tidak berfikir dalam sementara waktu adalah bentuk istirahat otak. Dan bertujuan membentuk pikiran baru harus dimulai dengan “diamnya” pikiran. kalau hal ini dibiasakan ternyata otak manusia bisa digunakan untuk berfikir dengan cara baru. Berfikir dengan cara lain. Hal itu (silent mind) dilakukan berulang ulang, berhari hari. Hanya menggunakan rasa damai, rasa positif, visual dalam pikiran gambarkan hal yang indah indah dan dilakukan berulang ulang.

Bootcamp itu di ikuti oleh peserta sekitar 150 orang dari 6 negara . Kami (peserta) harus melakukan “silent mode” otak tidak boleh mikir hampir di sepanjang sesi. Dan dalam komunikasi jika di perlukan kami harus berbahasa inggris.

Sebagai peserta dari Indonesia kami ber 4 sudah tidak sabar ingin ngobrol pakai bahasa Indonesia. Agaknya dengan cara ini, saya menyadari arti pentingnya bahasa ibu, mother language itu ada, disanalah saya bisa menghargai bahasa keseharian saya, bahasa Indonesia. Rupanya bahasa ibu kita kalau tidak dipakai ternyata bisa memaksa keluar atau minta dipergunakan.

Karena sudah tidak tertahankan lagi, di suatu pagi di sesi akhir kami harus “break” harus mencurangi pelajaran dengan melakukan komunikasi menggunakan bahasa indoensia. Sudah ngak tahan berbahasa ingris atau slint mode. Kami pun cheating. Selagi sarapan di meja dengan 10 orang, kami ber4 meminta maaf (kepada rekan dari Negara lain di sebelah) karena harus menggunakan bahasa Indonesia dalam berbicara sesama kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun