Iya mas, jawab saya. Saya mulai mengerti arahnya ke mana konsep bisnis yang dia maksud. Saya lanjutkan berkomentar, sampai sekarang saya masih nggak ngerti bagaimana Gojek bikin duit. Ada 500.000 supir gojek, tercatat 5 juta pelanggan yang terkoneksi dengan aplikasinya. Tiap transaksi masih di subsidi dalam waktu lama. Kalau saya pribadi hitung nilainya rasanya sudah ratusan milyar lebih dana kampanye nya. Walau terlihat dari kekuatan word to mouth, viral di web, trending topic namun bagi orang seperti saya tetap ngak faham.
Dari mana duitnya bisa masuk dan kapan balik investasinya? Saya belum faham. Ada yang bilang nanti ada venture capital besar ambil sahamnya dengan private placement yang akan mengembalikan uang invetasi mereka. Ada yang bilang nanti mereka jual ke perusahaan lainya untuk mempertahankan pasar mereka seperti di Gojek dibeli oleh Google. Dan bagi Google itu adalah tax planning. Bahkan ada yang bilang mereka sudah mulai untung.
Bagi saya, masih tidak faham dan belum jelas memahami strategi dan konsep bisnis ala ini.
Lalu teman junior saya ini melanjutkan, mas tahu kan, Alibaba adalah perusahaan perdagangan retail terbesar di dunia yang tidak punya “inventory”, Uber adalah pebisnis transportasi terbesar d idunia dan tidak memiliki 1 kendaraan pun, Facebook adalah perusahaan media yang tidak pernah mengisi satu jurnal atau tidak memiliki “content “, juga Airbnb adalah perusahaan jasa penginapan terbesar di dunia dan tidak punya “1 single room”.
# May peace be upon us
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H