Mohon tunggu...
Woro seto
Woro seto Mohon Tunggu... Jurnalis - menulis apa saja yang disuka

Konten kreator, Pengusaha kecil, suka nulis hal receh dan pengamat sosmed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Kok Digadai dan Dijual, Situ Waras?

9 Juli 2019   22:31 Diperbarui: 9 Juli 2019   22:55 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Ya ampun, enak banget, udah dihalalin, dapat mobil fortuner lagi"  gumam teman sekantorku yang terkejut dengan mahar di sebuah pernikahan. Ya, belakangan ini sebuah pernikahan yang berlangsung di Pati Jawa Tengah mendadak viral. Bukan karena perempuan desa menikah dengan bule, bukan juga dengan artis ternama, melainkan viral lantaran mahar yang diberikan mempelai laki-laki untuk calon istrinya berupa mobil fortuner.

Masyakarat kita yang kagetan dan ngumunan ini tentu langsung kepo dan mencari tahu pasangan pengantin ini. Dari profil keluarga, pekerjaan si pengantin pria hingga keistimewaan pengantin putri lantaran mendapatkan mahar berupa mobil fortuner.

Masyarakat kita biasa menilai dengan hal-hal bersifat materiil. Sehingga mobil fortuner dinilai barang mewah nan fantastis. Tak heran, jika acara pernikahan menjadi ajang pamer kekayaan, dari pesta meriah, mahar, make up, hidangan, mahar, seserahan dan segala printilan lainnya yang tak luput  jadi gunjingan tetangga. Padahal hal itu tidak mendefinisikan keutuhan cinta dalam kehidupan.

Meski zaman sudah millenial, di beberapa daerah di Indonesia juga kerap meminta mahar pernikahan dengan jumlah yang fantasitis. Sehingga yang terjadi, pernikahan bukan diukur karena cinta melainkan karena harta.

Masih banyak lho terjadi pernikahan yang dipaksakan oleh orangtua , terutama anak perempuan yang kerap menjadi korban. Biasanya, laki-laki yang mampu memiliki harta sesuai kemauan calon mertua, itulah yang bisa mendapatkan anak gadisnya. Apakah gadis itu suka atau tidak, orangtua acuh yang penting mendapat uang dan seolah harta mampu membawa kebahagiaan.  Seolah-olah perempuan seperti barang yang bisa dijual belikan. Kasarnya nih, orangtua sebagai penjual sementara laki-laki adalah pembelinya.

Saya jadi teringat kisah Rosul yang memberikan mahar kepada istri-istrinya sebesar 500 dirham, atau jika dikonversikan dengan mata uang rupiah saat ini berkisar 40an juta rupiah. Rosul melakukan itu lantaran beliau merasa mampu untuk memberikan.

Meski demikian, apa yang dikerjakan rosul belum tentu menjadi kewajiban, bisa sunnah, mubah, makruh bahkan haram, tergantung situasi dan kondisi. Perlu digarisbawahi bahwa Rosul juga pernah menikahkan seseong dengan mahar sandal, baju besi, dan hafalan Al-Qur'an.

Rosul mengatakan bahwa perempuan paling baik adalah perempuan yang paling murah maharnya. Hal ini tidak berarti bahwa perempuan itu murah ataupun murahan, tapi lebih memaknai bahwa mahar adalah bentuk pemberian dan penerimaan. Pemberian tentu yang terbaik sesuai kemampuan, dan pemerimaan dengan segala keikhlasan. Itupun yang menentukan si mempelai perempuan, bukan orangtuanya.

Lantas mengapa masyarakat kita berpikir bahwa mahar yang mewah adalah bentuk kehormatan? Bukankah  bentuk cinta kasih tulus lebih utama? Selayaknya adat-adat seperti ini perlu ditinggalkan. Sejatinya manusia terlebih perempuan bukanlah barang yang diperdagangkan.

Akibatnya, jika perempuan seolah telah dijual dan laki-laki merasa memiliki,  saya khawatir, laki-laki semacam ini pasti tidak pernah layak memperlakukan perempuan. Ia akan memperbudak istrinya, tidak mau berbagi peran, tidak menghargai perempuan dan tidak saling mengisi kehidupan.

Seharusnya, orangtua merasa bangga dan bahagia jika anaknya diperlakukan calon suami dengan penuh cinta, penghormatan dan kesetiaan. Namun sayangnya, sifat-sifat itu tak tampak mata sehingga masyarakat kerap mengartikan bahwa bentuk cinta, penghormataan dan memuliakan perempuan dengan sesatu yang bernilai barang.

Orangtua seharusnya benar-benar memastikan bahwa anaknya akan hidup bahagia dengan cinta, penghormatan dan kesetiaan dari calon menantu. Orangtua perlu memastikan calon menantu memperlakukan anaknya dengan baik, dalam tutur kata maupun perbuatannya.

Orangtua memastikan bahwa anaknya tidak akan ditinggalkan dalam kondisi apapun, tetap dimuliakan, tidak akan mendapatkan kekerasan, selalu diperlakukan dengan baik dan penuh cinta dan bahagia. Namun sayangnya banyak yang abai dengan hal-hal immateriil ini.

Yang lebih penting yaitu mahar laki-laki kepada perempuan berupa kesetiaan, kesetaraan, saling bekerjasama dalam rumah tangga, mau berbagi peran di rumah, tidak melakukan KDRT, agar perempuan benar-benar dimuliakan.

Kenapa? Agar laki-laki tidak menjadi seperti Hartono warga Banyuwangi yang tega menggadaikan istrinya ke pria lain dengan harga 250 juta rupiah.  Sudah tidak zaman perempuan diperlakukan seperti barang. Padahal manusia entah laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki kedudukan yang tinggi. Laki-laki dan perempaun mengemban tugas yang sama sebagai pemimpin di bumi. Jika keduanya melakukan kebaikan akan mendapat pahal, sementara jika melakukan keburukan sama-sama mendapat dosa.

Selain itu, mengutip data Mahkamah Agung (MA), pada bulan April lalu, sebanyak sebanyak 419.268 pasangan bercerai sepanjang 2018. Dari jumlah itu, inisiatif perceraian paling banyak dari pihak perempuan yaitu 307.778 perempuan. Sedangkan dari pihak laki-laki sebanyak 111.490 orang.

Hal itu terjadi karena kondisi perempuan banyak tidak diuntungkan oleh suami yang tidak bisa berlaku adil dan penuh cinta. Penting kiranya, saat ini manusia lebih memandang hal-hal immateriil daripada sesuatu yang hanya tampak di mata.

Agar pernikahan bukan adu gengsi dan adu kekayaan. Seperti lagu Raisa "Katanya cinta memang banyak bentuknya" dan saya meyakini bentuk cinta yang terbaik adalah menghargai dan memuliakan perempuan. Seperti suami saya memuliakan saya, eh malah curhat...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun