Mohon tunggu...
Woro seto
Woro seto Mohon Tunggu... Jurnalis - menulis apa saja yang disuka

Konten kreator, Pengusaha kecil, suka nulis hal receh dan pengamat sosmed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan Kok Digadai dan Dijual, Situ Waras?

9 Juli 2019   22:31 Diperbarui: 9 Juli 2019   22:55 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seharusnya, orangtua merasa bangga dan bahagia jika anaknya diperlakukan calon suami dengan penuh cinta, penghormatan dan kesetiaan. Namun sayangnya, sifat-sifat itu tak tampak mata sehingga masyarakat kerap mengartikan bahwa bentuk cinta, penghormataan dan memuliakan perempuan dengan sesatu yang bernilai barang.

Orangtua seharusnya benar-benar memastikan bahwa anaknya akan hidup bahagia dengan cinta, penghormatan dan kesetiaan dari calon menantu. Orangtua perlu memastikan calon menantu memperlakukan anaknya dengan baik, dalam tutur kata maupun perbuatannya.

Orangtua memastikan bahwa anaknya tidak akan ditinggalkan dalam kondisi apapun, tetap dimuliakan, tidak akan mendapatkan kekerasan, selalu diperlakukan dengan baik dan penuh cinta dan bahagia. Namun sayangnya banyak yang abai dengan hal-hal immateriil ini.

Yang lebih penting yaitu mahar laki-laki kepada perempuan berupa kesetiaan, kesetaraan, saling bekerjasama dalam rumah tangga, mau berbagi peran di rumah, tidak melakukan KDRT, agar perempuan benar-benar dimuliakan.

Kenapa? Agar laki-laki tidak menjadi seperti Hartono warga Banyuwangi yang tega menggadaikan istrinya ke pria lain dengan harga 250 juta rupiah.  Sudah tidak zaman perempuan diperlakukan seperti barang. Padahal manusia entah laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki kedudukan yang tinggi. Laki-laki dan perempaun mengemban tugas yang sama sebagai pemimpin di bumi. Jika keduanya melakukan kebaikan akan mendapat pahal, sementara jika melakukan keburukan sama-sama mendapat dosa.

Selain itu, mengutip data Mahkamah Agung (MA), pada bulan April lalu, sebanyak sebanyak 419.268 pasangan bercerai sepanjang 2018. Dari jumlah itu, inisiatif perceraian paling banyak dari pihak perempuan yaitu 307.778 perempuan. Sedangkan dari pihak laki-laki sebanyak 111.490 orang.

Hal itu terjadi karena kondisi perempuan banyak tidak diuntungkan oleh suami yang tidak bisa berlaku adil dan penuh cinta. Penting kiranya, saat ini manusia lebih memandang hal-hal immateriil daripada sesuatu yang hanya tampak di mata.

Agar pernikahan bukan adu gengsi dan adu kekayaan. Seperti lagu Raisa "Katanya cinta memang banyak bentuknya" dan saya meyakini bentuk cinta yang terbaik adalah menghargai dan memuliakan perempuan. Seperti suami saya memuliakan saya, eh malah curhat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun