Kalau sulit di cerna pak Jokowi. Ibu Rinso pindahkan ke menteri keuangan, menteri Sri ke gubernur BI. BUMN keluarkan dari kementrian. Masukan di bawah kementrian terkait. Sekali lagi kalau masih mau di pakai.
 Kementrian itu jabatan politik , kementrian itu lembaga teknis, dan kementrian itu lembaga pengatur, kementerian bukan  lembaga operasional.Â
 Misalnya TNI itu operasional, maka dia berada bawah Kemhan. Polisi itu lembaga operasional harusnya di bawah kemhan juga atau di bawah mendagri.bukan seperti saat ini yang direct langsung ke presiden.
 Demikian juga BUMN itu lembaga operasional. Harusnya BUMN di bawah departemen terkait. Garuda di bawah departemen perhubungan. Pertamina di bawah ESDM.
 Pal, Pindad, inuki dan sejenisnya masuk bisnis pertahanan di bawah kemhan. Bank di bawah departemen keuangan. Adhi karya, wika, PP di bawah kementrian PUPR dan lain sebagainya.Â
 Holding BUMN  di buat langsung di berikan di bawah kementerian teknis.  Dan bubarkan kementrian BUMN ( ini saran kuat). Pemusatan kekuatan dan kekuasaan bisnis di bawah satu atap BUMN di bawah presiden menjadikan BUMN terlalu kuat dan menekan swasta. Persis seperti BUMN Myanmar di awal dulu.
 Myanmar mereformasi ke swasta , eh malah era Rinso balik ke sentralisasi BUMN. Piye toh..apa karena setiap kementrian itu mau bikin kerajaan masing-masing. Jadi menterinya pengen jadi raja dan mengontrol. Itu ngak NKRI namanya.Â
 Bagaimana drama ini, seru khan? Selesai toh masalah? , apa susah ngerjainnya? Apa ngak mau? Beda tipis sih memang. Tapi saya menantang semua stake holder atas saran ini. bisa di jadikan drama bagus khan ya? #peace
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H