Namun untunglah malam sebelumnya saya membaca buku 'Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya' karya Ajahn Brahm. Bab 'Kemarahan dan Pemaafan', kisah ke-28 yang berjudul 'Kemarahan', halaman 77 (baca sendiri ya ^^)
Saya memutuskan untuk tidak marah. Pasti si anak baru ini tidak sengaja. Saya hanya memintanya untuk lebih hati-hati me-record footage. Kalaupun ada yang terhapus, harap segera memberi tahu, agar kami tidak kecele dan bisa mengerjakan berita lain.
Si anak baru tersenyum, dan berjanji akan lebih hati-hati.
Huahhh, lagian mana bisa marah pada anak ini. Tampangnya yang imut dan amat polos mengingatkan saya akan keponakan yang masih duduk di bangku SMU ^^
Untung, beribu untung saya tidak marah. Belakangan baru saya tahu, kami tinggal di kompleks perumahan yang sama, berangkat dan pulang kerja dengan bis feeder busway yang sama pula!
Pernah, waktu hamil tua, saya naik bis saat tempat duduknya sudah penuh. Anak ini langsung berdiri dan merelakan bangkunya untuk saya. Baik sekali ya ^^
Untung waktu itu saya tidak marah... Untunglah ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H