(SADRA)Â Apakah dia merokok?
(FAREL)Â Â Tidak.
(SADRA)Â Kenapa bapakmu tidak mati duluan kalau memang dia perokok aktif? Padahal kata kamu, rokok itu berbahaya dan menyebabkan kematian?
(FAREL)Â Â Lho, kamu kok nyumpahin bapak aku mati?! Kurang ajar kamu!
(SADRA)Â Aku tidak sedang nyumpahin bapak kamu segera mati. Justru aku sedang menjelaskan fakta bahwa bapakmu yang perokok berat itu, sehat-sehat saja.
(FAREL)Â Â Lalu apa hubungan dengan teman saya yang kena kangker itu?
(SADRA)Â Teman kamu itu, mati karena kangker. Bukan karena rokok. Di sini saya hanya sedang menjelaskan bahwa mati dan hidup itu bukan karena rokoknya. Tapi dari bagaimana memandang kehidupan ini.
(FAREL)Â Â Kamu tidak usah berkhutbah. Aku tidak percaya kepada orang yang khutbah tapi dia sendiri masih melakukan kemubaziran. Salah satunya adalah merokok. Buat saya, ustad-ustad yang masih merokok adalah orang yang omong doang. Mereka menganjurkan kebaikan, tapi mereka masih saja melakukan kesia-siaan.
(SADRA)Â Jadi merokok itu sia-sia?
(FAREL)Â Â Ya jelas! Anak kecil saja tahu.
(SADRA)Â Apa buktinya?