Jadi 10% tempat tidur Rumah Sakit dialokasikan untuk Covid-19 sudah termasuk mimpi, di lapangan bisa jadi turun menjadi 5% bahkan 1%, artinya setiap 2 minggu kita hanya memilik 3000 tempat tidur baru di Rumah Sakit yang bisa menampung pasien Covid-19 (atau sekitar 400 per hari) di seluruh Indonesia dan jumlah yang sembuh harus sama dengan kasus baru.
Bila 80% tidak perlu masuk rumah sakit, maka kapasitas maksimal kita adalah 2000 kasus baru setiap harinya di seluruh Indonesia. Lebih dari itu, maka tamatlah riwayat kita.
Hal ini belum mempertimbangkan kesediaan kamar ICU (yang dibutuhkan 10% kasus positif) dan ventilators, yang menurut WHO, Indonesia memiliki angka ketersediaan terendah di wilayah Asean.
Apalagi kalau yang positif ga sembuh-sembuh karena diagnosa dan pengobatan terlambat, akses obat terhambat, protokol pengobatan tidak jelas, maka semakin menumpuk di rumah sakit.
Jadi sudah jelas Herd Immunity tidak bisa digunakan untuk kasus Covid-19.
Daripada Herd Immunity, lebih baik kita melakukan rapid test dan akses obat massal dan komersial. Massal dalam artinya semua orang dapat mengaksesnya baik melalui jalur gratis BPJS maupun komersial melalui apotek2, klinik2, rumah sakit dll, sehingga semua yang bergejala bisa segera ditest dan terjadi diagnosa dan pengobatan dini.
Diagnosa dini adalah kunci keberhasilan menangani Covid-19. Bila seseorang segera tahu dia positif, dia akan lebih mau untuk mengisolasi diri dan segera mendapatkan pengobatan (baik membeli karena tersedia luas di apotek, maupun melalui klaim BPJS), sehingga tidak sampai parah dan perlu dirawat di Rumah Sakit.
Bila rapid test hanya untuk orang tertentu apalagi kaum elit politik saja, maka sudah jelas dan tidak perlu kita repot2 berdebat untuk strategi apa untuk menghadapi Covid-19 lagi, karena itu artinya para elit telah memilih strategi depopulasi (pengurangan penduduk) untuk menangani wabah ini.
Kaum elit politik tersebut benar-benar mewakili rakyat dalam segala hal, termasuk untuk tetap hidup, hahaha
WongCilik123
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H