Indonesia akhirnya memilih cara Korea Selatan, yaitu social distancing dan test cepat/rapid test. Masalahnya disini ada 3:
- seberapa paham dan patuh masyarakat indonesia akan social distancing? karena budaya kita beda dengan Korea Selatan yang orang-orangnya lebih lebih berpendidikan dan disiplin
- seberapa massal test dilakukan?
- seberapa siap rumah sakit, tenaga medis, persediaan perlengkapan keamanan dan obatÂ
Bila 3 poin diatas dilaksanakan setengah-setengah, dijamin hasil akhirnya akan gagal total.Â
Masyarakat tetap memaksa berkumpul, apalagi dengan alasan ibadah dan kerja. Test hanya dilakukan pada orang-orang tertentu ODP dan PDP (orang yang bertemu dengan pasien positif sebelumnya).Â
Rumah sakit dan tenaga medis mengalami kekacauan karena harus kita ingat, di hari biasa saja kapasitas rumah sakit seringkali sudah penuh dan pasien harus antri untuk mendapatkan kamar.
Jadi apa yang harus dilakukan?
Penulis melihat DIAGNOSA DINI adalah solusinya, setidaknya untuk saat ini, bagaimana caranya? Dengan test cepat secara MASSAL dan KOMERSIAL.
Massal dan komersial dalam artian alat test dan obat tersebut harus tersedia di mana saja, di apotek, di puskesmas, di klinik dokter, dst dengan harga terjangkau alias komersial diperjual belikan, jadi tidak perlu indikasi/rujukan yang njelimet dimana menghambat diagnosa dini.
Sistem BPJS yang gratis biarlah tetap berjalan, tetapi beri pilihan masyarakat untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab atas kesehatan sendiri.