Mohon tunggu...
Miftahul Afif
Miftahul Afif Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pembaca, Blogger, Wirausaha Kuliner. www.wirausahakuliner.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Miripnya Malaysia dengan Tabung Elpiji 3 Kg

3 September 2010   08:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:29 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak kesamaan antara Malaysia dan tabung elpiji 3 kilogram.

Pertama : Malaysia dan dan tabung elpiji 3 kilogram sama-sama dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia karena alasan devisa negara yang terlalu banyak disedot oleh rakyat jelata.

Malaysia dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia karena pemerintah negara ini yang hobi tebar pesona tidak mampu menyediakan pekerjaan yang layak bagi rakyatnya maka Malaysia menjadi solusi dari masalah ini karena keberadaannya membuka peluang bagi para pembantu rumah tangga asal Indonesia (‘Minah-minah Indon’ dalam bahasa melayu Malaysia) untuk bekerja. Keberadaan Malaysia yang menjadi tujuan bekerja bagi MINAH-MINAH INDON itu membuat pemerintah Indonesia panen devisa. Persis seperti tabung Elpiji 3 kilogram, yang keberadaannya membuat pemerintah Indonesia bisa menghemat triliunan devisa yang seharusnya dikeluarkan untuk mensubsidi minyak tanah yang dikonsumsi oleh rakyat jelata.

Kedua : Seperti tabung elpiji 3 kilogram yang keberadaannya membuat pemerintah Indonesia panen devisa tapi membuat masyarakat penggunanya cacat sampai kehilangan nyawa, Malaysia juga sama.

Ketika pemerintah panen devisa dari selain para TKI yang bekerja di Malaysia, MINAH-MINAH INDON yang menjadi penyumbang devisa dari hasil bekerja di negara tersebut mengalami pelecehan, mendapat siksaan dengan resiko mulai dari cacat sampai kehilangan nyawa.

Ketiga : Seperti tabung elpiji 3 kilogram yang persentase orang yang mati akibat ledakannya sangat-sangatlah kecil jika dibandingkan dengan jumlah elpiji yang beredar, sehingga secara statistik bisa dianngap NOL, kejadian pelecehan dan penyiksaan terhadap MINAH-MINAH INDON di Malaysia juga sama.

Di Malaysia, jumlah MINAH-MINAH INDON yang disiksa oleh majikan Malaysianya sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan jumlah MINAH-MINAH INDON yang bekerja di sana dan (menurut orang malaysia) mendapat makan dari belas kasihan majikan Malaysianya, secara statistik jika jumlahnya dibandingkan dengan yang tidak disiksa maka jumlah MINAH-MINAH INDON yang disiksa di Malaysia bisa dianggap NOL juga.

Keempat : Kesamaan yang sangat mencolok antara MINAH-MINAH INDON yang bekerja di Malaysia dan para korban ledakan elpiji, adalah kenyataan bahwa mereka merupakan warga negara Indonesia yang berada di posisi terendah dalam strata sosial dan ekonomi. Mereka jelas bukan berasal dari spesies koruptor kakap yang berada di posisi tertas dalam strata sosial dan ekonomi negeri ini, kelompok ekonomi yang mampu menyekolahkan anaknya di sebuah universitas bergengsi di Malaysia yang terletak di seberang selat Malaka sana, negeri yang dihuni oleh manusia dari Ras Melayu Super.

Kelima : Tragedi yang dialami MINAH-MINAH INDON di Malaysia dan yang dialami para korban ledakan elpiji terjadi karena mereka tidak mendapatkan informasi yang tepat dari penguasa.

Dulu kenapa masyarakat tidak terlalu banyak melakukan protes saat pemerintah melakukan konversi dari minyak tanah ke Gas, itu karena waktu itu pemerintah menggambarkan bahwa menggunakan gas itu hemat dan aman, pemerintah tidak pernah mengatakan kalau memasak menggunakan gas yang berasal dari tabung elpiji 3 kilogram akan membuat penggunanya beresiko cedera, kehilangan rumah sampai kehilangan nyawa.

Bahkan ketika ada indikasi bahwa pengerjaan tabung tidak beres sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas solderan, yang membuat gas bocor dan tabung jadi mudah meledak yang menjadi masalah utama tabung ini seolah sengaja ditutupi, pemerintah melalui menteri ESDM malah mengatakan bahwa masalahnya ada pada selang. Indikasi ini memang sangat masuk akal kalau kita membandingkannya dengan proyek-proyek pemerintah yang seringkali tidak beres karena digerogoti oleh korupsi akut yang melanda negeri ini, sampai hal tidak masuk akal seperti mengkorupsi nyawa pun dilakukan oleh orang-orang di negeri ini (silahkan bayangkan apa yang terjadi kalau Pemerintah jadi membangun instalasi nuklir untuk menghemat biaya produksi listrik)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun