Musim 2020 lalu menjadi musim terburuk Ferrari di era hybrid. Meski begitu, Charles Leclerc dan rekan setimnya yang baru, Carlos Sainz Jr., harus sebisa mungkin mengangkat pamor tim asal Italia tersebut tanpa alasan. Tidak ada lagi waktu bagi Ferrari memperbaiki performa karena sebentar lagi perombakan regulasi besar-besaran akan terjadi di 2022.
Saya juga menilai Sainz telah mengambil keputusan yang salah untuk terburu-buru menerima tawaran Ferrari sebagai pembalap mereka, namun nasi sudah menjadi bubur. Sainz harus bekerja ekstra keras bersama Ferrari yang sedang terseok-seok.
7. Nikita Mazepin: Sudah jadi musuh, lapuk pula
Saya tidak akan terlalu membahas mengenai skandal yang dimulai oleh Nikita Mazepin, karena itu sudah tersebar di seluruh jagat internet. Hal yang pasti adalah akibat skandal tersebut, Mazepin akan jadi bahan cemoohan penggemar F1.Â
Ditambah lagi dengan gaya balapnya yang serba kasar dan terlalu agresif (lebih agresif dibanding Verstappen dan Ocon dahulu, bisa dilihat beberapa cuplikannya di internet) serta seringnya bersikap indisipliner, akan tidak mengherankan jika dirinya nanti harus didera berbagai masalah selama 2021 dan menduduki posisi buncit di klasemen akhir. Dia pembalap luar biasa dalam konotasi negatif. Tidak pernah spesial dibanding pembalap-pembalap lain.
Kecepatannya jika dibandingkan Mick Schumacher juga agak jauh. Apalagi, musim nanti akan jadi musim penuh pertamanya di Haas, jadi akan butuh waktu bagi dia memiliki kemampuan untuk menguasai mobil F1. Oleh karena itu, jangan heran kalau saya memprediksikan dia finis di urutan 20 dari total 20 pembalap F1.
Begitulah kira-kira prediksi berani saya untuk musim balap 2021 nanti. Mari kita tunggu bagaimana musim nanti berjalan, yang pasti saya yakni akan banyak keseruan yang tak pernah kita duga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H