Pertama, baik Jokowi maupun Dahlan Iskan suka blusukan. Seorang pemimpin tidak bisa tidak harus melakukan hal ini jika ingin mengetahui keadaan rakyatnya yang sebenarnya sehingga bisa memberikan solusi bagi setiap permasalahan yang ada di tengah rakyatnya dengan tepat dan secara cepat. Jika blusukan Jokowi baru di sekitar daerah yang dipimpinnya, Dahlan Iskan sudah melanglang jauh ke seluruh pelosok nusantara terutama di daerah-daerah terpencil dan tertinggal. Keduanya juga cenderung lebih manusiawi dalam mengelola sumber daya manusianya.
Kedua, pengalaman Dahlan Iskan dalam menangani permasalahan-permasalahan nasional, terutama di lingkup BUMN, telah sangat teruji dan sebagian besar berhasil dengan gemilang. Ini akan sangat bagus untuk melengkapi kekurangan Jokowi yang pengalaman memimpinnya baru di tingkat regional.
Ketiga, dan ini yang terpenting, Jokowi dan Dahlan Iskan ternyata telah pernah bekerja sama secara sinergis dalam suatu program yang saling menguntungkan banyak pihak, Pemprov DKI, Kemen BUMN, dan terutama warga Jakarta yang tinggal di kampung-kampung kumuh. Jika banyak masyarakat yang tidak tahu akan hal ini, itu karena kerjasama tersebut sengaja tidak diekspos ke media masa. Tapi seperti yang ditulis sendiri oleh Dahlan Iskan di catatan Manufacturing Hope-nya, Dahlan Iskan pernah mengusulkan 'bantuan' kepada Jokowi untuk membenahi kekumuhan di Ibukota Jakarta. Caranya, Kemen BUMN melalui Perum Perumnas akan membangun rumah susun semacam rumah susun Kemayoran sedangkan yang harus dilakukan Jokowi adalah melakukan 'bedol RT/RW' di lingkungan-lingkungan kumuh untuk diboyong pindah ke rumah susun tersebut. Selanjutnya Kemen BUMN akan membangun lagi rumah susun di lokasi bekas tempat kumuh yang telah dipindah ke rumah susun sebelumnya dan Jokowi kembali harus mencari lokasi-lokasi kumuh untuk dipindah ke rumah susun yang baru tersebut. Begitu seterusnya. Program ini rencananya bukan saja untuk mengatasi kekumuhan di Jakarta tapi juga untuk memutus rantai kemiskinan seperti yang pernah dilakukan di China. Konon Jokowi menyambut baik ide ini serta meminta agar Kemen BUMN juga menyalurkan gas ke dapur-dapur rumah susun yang dibangunnya dengan janji izinnya akan dipermudah. (Selengkapnya bisa dibaca di sini: http://www.dahlaniskan.net/bedol-bedolan-untuk-rusun-kemayoran/)
Entah bagaimana nasib program kerjasama tersebut selanjutnya setelah baik Jokowi maupun Dahlan Iskan sama-sama ikut dalam kontestasi calon presiden melalui partai masing-masing. Tapi jika kedua orang ini duduk dalam satu paket kepemimpinan nasional besar kemungkinan program-program semacam ini akan diperbanyak dan akan semakin diperluas cakupannya. Tinggal menunggu political will dari masing-masing partai pengusungnya. Yang jadi persoalan sekarang adalah beranikah Megawati sebagai Ketua Umum PDI-P dan SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat tempat Dahlan Iskan mengikuti konvensi calon presiden berpikir out of the box dan mengambil tindakan spontan dengan menyandingkan Dahlan Iskan dengan Jokowi?
Kemudian bagi masyarakat luas yang konon telah berhasil memaksa Megawati dan PDI-P untuk mencalonkan Jokowi sebagai presiden RI berikutnya, mampukan juga Anda semua untuk melakukan tekanan serupa agar Dahlan Iskan disandingkan dengan Jokowi dalam satu paket kepemimpinan nasional?
Ada yang berani?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H