Pohon ulin merupakan bagian dari ekosistem hutan tropis yang sangat kompleks dan kaya akan keanekaragaman hayati. Ekosistem ini melibatkan interaksi antara berbagai spesies tanaman, hewan, dan mikroorganisme yang saling mendukung. Ketika habitat hutan terganggu oleh deforestasi dan degradasi lahan, banyak spesies yang terancam punah, yang pada gilirannya memengaruhi pohon ulin secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, berkurangnya spesies penyerbuk atau penyebar biji alami akibat kerusakan habitat dapat menghambat proses regenerasi pohon ulin. Selain itu, penurunan keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh perubahan lingkungan juga berdampak pada mikroorganisme yang membantu siklus nutrisi di tanah, mengurangi kesuburan tanah yang dibutuhkan oleh pohon ulin. Tanpa dukungan ekosistem yang beragam, kelangsungan hidup pohon ulin semakin terancam karena ia kehilangan komponen ekosistem yang penting bagi siklus hidupnya.
Dengan berkurangnya habitat yang layak dan penurunan populasi di alam liar, pohon ulin semakin mendekati ambang kepunahan. Pohon ulin memiliki laju pertumbuhan yang sangat lambat, yang membuatnya sulit untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan yang terjadi secara mendadak. Dalam situasi deforestasi yang pesat dan tekanan akibat perubahan iklim, pohon ulin kesulitan untuk mempertahankan populasinya. Di samping itu, permintaan tinggi terhadap kayu pohon ulin yang sangat kuat dan awet memicu penebangan liar, yang memperparah ancaman terhadap kelestarian pohon ini. Kayu pohon ulin sering dianggap sebagai kayu premium, yang dijual dengan harga tinggi di pasar lokal maupun internasional, sehingga pohon ini menjadi target utama eksploitasi hutan secara ilegal. Upaya konservasi telah dilakukan, termasuk pelestarian di taman nasional dan hutan lindung, serta program pembibitan dan reboisasi. Namun, tekanan yang terus berlanjut dari berbagai pihak dan kebutuhan konservasi yang kompleks membuat upaya pelestarian ini menghadapi banyak tantangan.
Ancaman terhadap pohon ulin tidak hanya mengancam keberadaan spesies ini, tetapi juga kestabilan ekosistem hutan tropis yang menjadi rumah bagi ribuan spesies lain. Upaya konservasi yang terpadu dan dukungan terhadap kebijakan perlindungan hutan diperlukan untuk memastikan pohon ulin tetap ada di habitat alaminya. Mengingat pentingnya pohon ini dalam ekosistem dan nilai ekologisnya, pelestarian pohon ulin merupakan langkah penting dalam menjaga keanekaragaman hayati dan stabilitas lingkungan di Kalimantan dan wilayah tropis lainnya. Metode pendekatan yang melibatkan masyarakat lokal dan penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal dapat membantu menekan laju penurunan populasi pohon ulin di alam liar.
Referensi:
Butarbutar, T. (2011). Agroforestri untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 8(2), 111--120. https://doi.org/10.20886/jakk.2011.8.2.111-120
Butarbutar, T. (2011). Agroforestri untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 8(2), 111--120. https://doi.org/10.20886/jakk.2011.8.2.111-120
Effendi, R. (2009). Kayu ulin di Kalimantan: Potensi, manfaat, permasalahan dan kebijakan yang diperlukan untuk kelestariannya. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 6(3), 161--168. https://doi.org/10.20886/jakk.2009.6.3.161-168
Sidiyasa, K., Atmoko, T., Ma'ruf, A., & Mukhlisi, M. (2013). Keragaman morfologi, ekologi, pohon induk, dan konservasi ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm. et Binnend.) di Kalimantan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 10(3), 241--254. https://doi.org/10.20886/jphka.2013.10.3.241-254
Nama: Andini Naydelyn Vilya Wenas
NPT: 21.21.0003
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H