Mohon tunggu...
Wahyuni Kamah
Wahyuni Kamah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pelancong, Praktisi yoga

www.writerwkamah.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kenangan di Ha Noi

8 Januari 2019   21:27 Diperbarui: 16 Januari 2019   18:55 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di seberang jalan tampak kios es krim yang ramai dikerubungi orang yang kehausan.  Sewaktu saya sedang asyik duduk, tiba-tiba seorang lelaki muda menghampiri saya. Dari gelagatnya ia ingin duduk di samping saya. Saya pun sedikit bergeser.  Ia membawa sebuah  kotak es krim yang masih penuh,  berisi es krim stroberi dan coklat. Ia meletakkan kotak es krimnya di  tengah-tengah bangku, mengeluarkan satu sendok plastik bersih, dan memberikannya ke saya.  Bahasa Inggrisnya terbata-bata, tapi yang jelas ia menawarkan saya untuk ikut menikmati es krim tersebut. Saya menyambut tawaran baiknya.  Ia hanya mencolek es krim di satu sisi  dan menawarkan sisi lainnya untuk saya makan. Saya bersama anak muda Viet Nam itu pun menikmati es krim di siang bolong.  Ketika es krim hampir habis, ia pun menutup kotak itu, dan permisi pergi menyeberang jalan. Saya sungguh terkesan dengan ketulusannya untuk berbagi.

385-copy-jpg-5c34ae6312ae9445d14058ec.jpg
385-copy-jpg-5c34ae6312ae9445d14058ec.jpg
Kemudian saya melanjutkan berjalan kaki ke Danau Hoan Kiem.  Danau Hoan Kiem sangat terawat kebersihannya. Danau ini menjadi tempat idaman wisatawan untuk berfoto. Di tengah-tengahnya ada pulau kecil. Sewaktu ingin mengambil foto saya sendiri, saya agak kesulitan, karena itu saya minta bantuan seorang wisatawan asal Malaysia. Kamera saya kurang bagus ketika itu. Wisatawan itu menawarkan untuk menggunakan kameranya dan akan mengirim hasil foto ke alamat email saya. Saya pun menuliskan alamat email saya, beberapa minggu setelah itu, foto saya di pulau Danau Hoan Kiem sudah saya terima.

386-copy-jpg-5c34af1eaeebe17c8a10a5b8.jpg
386-copy-jpg-5c34af1eaeebe17c8a10a5b8.jpg

Dimasaki Nasi

Ketika tiba saatnya saya pindah lokasi hotel.  Pemilik hotel bilang bahwa saya akan dijemput dengan skuter.  Untung saja, saya tidak membawa koper terlalu besar sehingga koper saya bisa diangkut. Pertama si penjemput mengangkut koper kemudian kembali lagi untuk menjemput saya. Hotel kedua tempat saya menginap terletak di dalam gang dekat jalan raya. Hotel bertingkat 5 itu milik sebuah keluarga. Sang nyonya sering sekali namanya disebut-sebut di ulasan tentang hotel itu sebagai perempuan yang sangat penuh perhatian dan ramah.

Kesan dan sebutan itu memang tidak salah. Ms Van murah senyum, selalu berusaha memudahkan urusan tamunya, dan sangat penolong. Stafnya juga demikian. Malam itu saya kelaparan sementara restoran di sekitar sudah tutup.  Saya mendatangi dapur dan menanyakan makanan apa saja yang tersedia. Koki sudah pulang dan dapur tutup.  Tapi, Ms Van tidak kurang akal. "Saya masakkan nasi dan buatkan telur dadar ya, kamu mau kan," tanyanya.  Tentu saja, saya tidak menolak tawaran itu.

Selang 30 menit, pintu kamar saya diketuk, anaknya mengantarkan sepiring nasi hangat dengan telur dadar dan sebotol saus asin dan sambal tomat. Ms Van menggratiskan makan malam itu untuk saya. Bukan hanya itu, karena mengetahui saya tidak makan daging babi, Ms Van khusus menyiapkan pho (sup khas Viet Nam) dengan daging ayam untuk saya.

img-20150527-080840-copy-5c34afa26ddcae7d9808bf37.jpg
img-20150527-080840-copy-5c34afa26ddcae7d9808bf37.jpg
Saya memutuskan untuk berkeliling melihat-lihat museum. Salah satunya Museum Militer Viet Nam untuk mengetahui sejarah kelam peperangan di Viet Nam.  Hampir 2 jam lebih saya menghabiskan waktu di museum itu.  Setelah selesai, saya menunggu di dekat penitipan tas. Saya urung untuk melanjutkan perjalanan karena sinar matahari yang begitu terik dan panas. Saya memutuskan untuk menunggu sejenak. Di dekat penitipan itu, ada sebuah ruang pos jaga yang dijaga oleh prajurit militer. Ketika saya sedang menunggu, tiba-tiba, salah seorang prajurit yang berseragam militer itu mendatangi saya dan memberikan kacang rebus yang ditampung tangannya.

img-0573-copy-jpg-5c34b081aeebe16a7c22a773.jpg
img-0573-copy-jpg-5c34b081aeebe16a7c22a773.jpg
Kesan unik warga Ha Noi tidak berakhir di situ.  Sorenya, saya sedang mencari restoran untuk makan malam di sekitar hotel.  Tiba-tiba saya lihat pizza Italia. Saya pun masuk ke dalam. Restoran kecil itu dijaga 3 orang saja, koki, pelayan, dan kasir, semuanya anak muda. Pemiliknya orang Italia. Sambil menunggu pizza vegetarian matang, koki dan pelayan mengobrol dengan saya. Saya juga bercerita kalau saya mau ke pasar malam membeli cenderamata. Tiba-tiba, salah satu dari mereka menawarkan diri untuk mengantar dengan sepeda motor dengan catatan tidak lebih dari 30 menit. Dia memang sengaja mengantar dan tidak mengharapkan imbalan sama sekali.

607-copy-jpg-5c34b0ae12ae94480f416d78.jpg
607-copy-jpg-5c34b0ae12ae94480f416d78.jpg
Ha Noi memang unik, warganya di luar dugaan serta memberi banyak kejutan. Dalam kasus saya kejutan yang menyenangkan dan akan selalu dikenang. 

www.writerwkamah.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun