Purwokerto, Ibu Kota Kabupaten Banyumas, di Provinsi Jawa Tengah memang bukan kota tujuan wisata yang utama. Tapi, bukan berarti tidak ada yang ditawarkan oleh kota yang penduduknya lebih dari 300.000 ini.
Wisatawan lokal sering mengidentikkan Purwokerto dengan Baturaden yang letaknya kurang lebih 7 kilometer di utara Kota Purwokerto.Â
Purwokerto juga menyajikan masakan khas Banyumasan yang punya warna tersendiri dibandingkan dengan masakan di daerah Jawa Tengah lainnya. Tempat makan mana saja yang wajib dikunjungi dan masakan atau makanan apa saja yang patut dicicipi di Purwokerto dan sekitarnya?
Berikut daftar tempat makan dan masakan yang autentik Purwokerto dan Banyumas.
Warung Koboi Baturaden
Alamat: Jalan Raya Barat-Baturaden (100 meter sebelah barat perempatan Terminal Bus Baturaden)
Jam buka: 8 pagi- 10 malam
Inilah warung makan tradisional sesungguhnya. Berada di dalam rumah sederhana. Tempat makannya juga hanya terdiri dari empat meja panjang yang diapit dengan kursi bambu.
Lapisan mika putih di meja sudah banyak yang mengelupas. Keadaan rumah juga tidak terlihat terlalu rapih. Dari penampilan, warung ini sekilas terlihat kurang meyakinkan. Tapi, tunggu sampai masakannya dihidangkan di atas meja.
Pelayan akan datang menanyakan masakan yang mau dipesan. Menunya terbatas tapi betul-betul andal dan baru diangkat dari kompor. Sayur andalannya oseng pakis dan oseng kacang panjang, ayam kampung goreng, tempe dan tahu goreng, sambal uleg yang baru dibuat, dan tambahan bisa pete rebus atau pete goreng. Pilihan nasinya bisa nasi putih atau nasih merah.
Kelezatan masakan selain karena racikan bumbu juga cara memasaknya yang masih sangat tradisional, menggunakan kayu bakar. Harga terbilang murah, makan untuk 5 orang tidak sampai Rp 150.000.
Alamat: GOR Satria
Jam buka: Minggu, 6-10 pagi
Kalau bertandang ke Purwokerto, usahakan kamu melewatkan hari Minggu di kota ini. Setiap hari Minggu pagi di Gelanggang Olahraga Satria, digelar Pasar Minggon. Di pasar ini kamu bisa menemukan berbagai masakan dan jajanan tradisional Purwokerto. Jadi, kalau ke Pasar Minggon kosongkan perut sekosong-kosongnya supaya kamu bisa icip-icip jajanan yang ditawarkan.
Apa yang wajib dicoba? Pecel Banyumasan. Yang khas dari pecel Banyumasan adalah adanya tambahan kecombrang rebus. Harganya hanya Rp 5000 per porsi.
Biasanya pecel dimakan dengan ketupat dan gorengan tempe mendoan. Jangan banyak-banyak makannya, karena ada lagi khas masakan Banyumas yang perlu kamu cicipi yaitu empal kupat.
Ada dua jenis empal kupat, yang kering dan yang basah. Harga per porsi Rp 10.000. Di luar Hari Minggu, empal kupat yang autentik ini bisa kamu nikmati di trotoar Jalan H.R. Bunyamin.
Tidak ada warung atau kios, hanya di trotoar dan makannya di dingklik. Empal kupat Bu Karsih ini sudah ada sejak sekitar 30 tahun lalu. Tapi, jangan kesiangan karena gelaran ini hanya buka dari pukul 5.30 sampai 8.30 pagi saja.
Ini bukan keong bekicot loh,tapi keong sawah. Kraca adalah masakan keong bersama cangkangnya. Bumbu untuk memasaknya ada dua macam: berkuah pedas dan berkuah santan.
Cara makannya dengan menyedot daging melalui bukaan cangkang. Harga kg Rp 20.000. Sedangkan sate keong bisa dinikmati dengan bumbu mentah, bumbu kecap atau bumbu kacang. Harga per tusuk Rp 1.000. Selain di GOR Satria, kraca bisa dinikmati di Jalan Kauman Lama.
Jalan Pramuka
Jam Buka: 9-14.30
Salah satu masakan khas Banyumas adalah sroto Sokaraja. Berbeda dengan soto yang banyak variannya di Indonesia. Pada sroto ada campuran bumbu kacang tanah tumbuk yang menimbulkan cita rasa gurih.
Sroto Sokaraja memberikan pilihan daging sapi atau daging ayam. Sebagai campurannya adalah kecambah dan remukan kerupuk merah. Sroto Sokaraja dimakan dengan potongan ketupat. Harga berkisar Rp 16.000-Rp 20.000 per-mangkuk.
Jalan Pramuka No. 221
Jam buka: di atas pk. 12.00 siang (Hari Minggu dan hari raya tutup)
Penganan Purwokerto dikenal dengan gorengannya, salah satunya keripik tempe. Keripik tempe yang tidak asing lagi adalah Keripik Tempe Niti. Kripik ini diproduksi oleh Mbah Niti pertama kali 1967. Proses pembuatannya hingga sekarang masih tradisional.
Berbeda dengan keripik tempe yang biasanya berasal dari tempe yang diiris tipis-tipis. Keripik tempe Niti, satu potong keripik tempe berasal dari satu bungkus tempe mendoan mentah. Tepungnya berasal dari tepung beras asli yang ditumbuk sendiri, bumbunya rahasia perusahaan yang menjadi andalan rasa keripik yang gurih.
Lokasi: Jalan PKK 600 Mersi.
Jenang atau dodol Pertama produksi Bapak Soehardja adalah produk jenang asli ketan yang sudah ternama. Di tempat pembuatannya kita bisa melihat proses produksi yang masih sangat tradisional. Bahan bakunya asli seperti gula merah, tepung ketan dan santan kelapa muda yang mereka peras sendiri.
Di dapur, kuali-kuali ukuran raksasa diletakkan di atas tungku berbahan bakar batok kelapa untuk menggodok campuran gula merah, santan dan tepung ketan. Jenang Jaket ini memang tidak memakai bahan pengawet dan tersedia dalam dua rasa: jenang polos dan jenang wijen. Harganya berkisar dari Rp 12.000-Rp15.000 per bungkus.
Lokasi: Jalan Jend. Sudirman, Sokaraja
Sepanjang jalan Jenderal Sudirman Sokaraja ini berjejer toko-toko dengan plang "getuk goreng Asli Haji Tohirin. Haji Tohirin sendiri adalah generasi kedua penerus getuk goreng merek Asli.
Tokonya tersebar di Jalan Jenderal Sudirman ini. Getuk goreng terbuat dari singkong rebus yang diolah dengan gula merah  sehingga menghasilkan adonan getuk yang kemudian digoreng.
Getuk goreng disajikan dalam besek bambu untuk menjaga teksturnya agar tidak mengempis. Getuk goreng sekarang menawarkan varian rasa durian, nangka dan coklat yang harganya Rp 30.000/kg, sedangkan getuk goreng original Rp 26.000/kg. Selain getuk goreng, ada juga getuk basah (tidak digoreng) harganya Rp 24.000/kg.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H