Mohon tunggu...
Wizad Akmalia Zulfaa
Wizad Akmalia Zulfaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka kpop.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Lokal: Warisan yang Harus Dijaga

20 November 2024   08:10 Diperbarui: 20 November 2024   08:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Arus globalisasi yang keras dan cepat membawa dampak yang cukup besar terhadap

masalah-masalah budaya lokal. Proses pembaruan memberikan banyak fasilitas dan akses

informasi yang bermanfaat bagi perkembangan masyarakat; namun, di sisi lain, hal ini dapat

memperburuk nilai-nilai budaya. Dan, kebudayaan yang dipertahankan dan dipraktekkan

sepanjang berabad-abad dan telah mampu beradaptasi dengan sejarah, sepertinya akan

terpinggirkan tanpa mengupas tuntas akar kebudayaan tersebut, hingga sampai pada

keberadaan kebudayaan dianggap sudah kadaluarsa.

Namun demikian, tarian, musik, atau pakaian daerah bukan satu-satunya segi yang menjadi

ciri lokal. Ia mencakup semua kebiasaan, prinsip, format kehidupan yang dimiliki suatu

masyarakat termasuk bahasanya. Lebih jauh dari itu, bagi suku-suku yang ada kehidupannya

dan perkembangan bangsa lain, budayanya tidak sekadar warisan, tetapi juga suatu identitas

yang membedakan dirinya dengan kaum lainnya. Yang lebih signifikan, jika budaya-budaya

yang bersifat lokal pada masa ini seyogyananya didayagunakan oleh kaum muda, apa yang

tersisa yang diharapkan untuk dilakukan.

Sosial budaya masyarakat setempat merupakan tunggakan terbesar untuk dapat

mempertahankan budaya-budaya lokal. Banyak kalangan remaja, di era komputer dan

internet, lebih senang kepada kebudayaan pop yang mendunia. Para remaja tidak mengenal

artis dan tumpuan penting budaya lokal. Mereka dengan gampang mencintai sinema, musik,

atau mode teras dari luar negeri -- tanpa memahami bangunan nyamannya. Dampaknya,

kebudayaan lokal sering hanya disimplifikasi sebagai praktik pada saat acara-acara ritual atau

menarik sokongan turisme, namun mereka tidak menerima maknanya secara utuh.

Di sisi lain, meskipun semua orang sepakat modernisasi catatan tidak selamanya

berseberangan dengan kebudayaan setempat.

Dengan demikian, kemajuan teknologi dapat dianggap sebagai alat yang berguna dalam

mempromosikan dan melestarikan budaya lokal. Misalnya, media sosial dapat digunakan

untuk memperkenalkan tarian tradisional, makanan lokal, atau kerajinan tangan kepada

audiens yang lebih besar. Banyak komunitas muda dan berusaha telah berhasil

mengintegrasikan beberapa elemen tradisional ke dalam yang modern.

Contoh konkret adalah bagaimana seniman lokal telah mengintegrasikan gamelan ke dalam

musik elektronik mereka atau desainer mengintegrasikan motif batik ke dalam pakaian

modern. Upaya semacam itu memastikan bahwa budaya tradisional relevan dengan generasi

muda.

Ada kebutuhan bagi pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk bersatu dalam

upaya-upaya yang ditujukan untuk melestarikan budaya lokal. Pemerintah dapat membiayai

acara budaya dan festival, melindungi hak cipta sumber daya warisan budaya, dan

merangsang pengajaran konten lokal di sekolah-sekolah. Dalam waktu yang lama, sekolah-

sekolah telah memainkan peran signifikan dalam mengajarkan sejarah dan seni budaya

tradisional kepada anak-anak agar mereka menghargai akar mereka.

Demikian pula keluarga. Pendidikan budaya dimulai di rumah, bukan hanya di sekolah atau

di masyarakat. Orang tua anak-anak sejak usia dini dapat mengenalkan mereka pada lagu-

lagu lokal, legenda lokal, dan hidangan lokal sehingga anak-anak mencintai budaya mereka

saat mereka tumbuh dewasa.

Budaya tentu saja terus berubah seiring waktu. Ia harus berevolusi. Namun, evolusi ini tidak

berarti akar yang asli harus lenyap.

Sebaliknya, itu harus dilakukan dengan menghormati prinsip-prinsip asli agar budaya lokal

menjadi pajangan dan bagian dari kehidupan sehari-hari kapan saja.

Akhirnya, setiap orang memiliki kewajiban untuk melindungi budaya lokal. Untuk

melestarikan tradisi, tidak perlu berdiri di depan kemajuan. Sangat penting untuk menemukan

cara menggunakan cara hidup kontemporer tanpa menghapus budaya lokal secara kasar.

Karena budaya bukan hanya hal-hal dari masa lalu tetapi juga berfungsi sebagai jalan menuju

masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun