Mohon tunggu...
WIWIT PUTRI WIGATI
WIWIT PUTRI WIGATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nama : WIWIT PUTRI WIGATI/NIM : 43222010029/Program Studi : AKUNTANSI S1/Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Mata Kuliah : PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB/Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak/UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2 - Diskursus Kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV Pada Upaya Pencegahan Korupsi

11 November 2023   17:25 Diperbarui: 11 November 2023   17:46 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menrurut K.G.P.A.A. Mangkunegara IV dalam Serat Wedhatama mengangkat tentang ajaran kepemimpinan, menekankan kepemimpinan sebagai kepemimpinan yang berdasarkan pada kaidah-kaidah budaya, khususnya budaya Jawa, agar pemimpin tidak kehilangan jati diri bangsa. Seorang pemimpin harus menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan sebagai wujud ketaatan kepada Tuhan-Nya. Kepemimpinan religus atau Satria Pinandhita Sinishan Wahyu merupakan refleksi sifat kepemimpinan tersebut, menjawab Jangka Jayabaya mengenai ciri pemimpin "Panca Pa Manunggal" (lima pa yang bersatu) yang merupakan keterpaduan serta keselarasan jiwa atau ruh, yaitu; Pandhita (pendeta), Pangayom (pelindung), Panata (manajer), Pamong (pelayan), Pangreh (pemimpin).

Jawaban di dalam Serat Wedhatama adalah cita-cita luhur Prabu Jayabaya yang dikaji oleh K.G.P.A.A. Mangkunegara IV di dalam Serat Wedhatama, dan kemudian dijadikan sebuah ajaran sebagai sarana untuk mencapai kepemimpinan religius atau pengembangan karakter Satria Pinandhita Sinishan Wahyu, yang diyakini masyarakat Jawa sebuah harapan atau cita-cita yang tertulis sebagai perwujudan agar bangsanya tidak kehilangan arah dalam menjalani tujuan kehidupan, baik itu dalam bermmasyarakat ataupun bernegara.

Kandungan nilai-nilai yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam Serat Wedhatama

Dalam Serat Wedhatama, terdapat beberapa nilai-nilai yang berkaitan dengan kepemimpinan. Pemimpin atau penguasa diharapkan untuk meneladani dan mengamalkan nilai-nilai tersebut guna menciptakan tata kelola yang baik dan memberikan contoh yang positif kepada rakyat. Beberapa nilai-nilai tersebut antara lain:

1. Kesederhanaan (Nyider Batin)

Pemimpin dihimbau untuk hidup dengan sederhana dan tidak terjebak dalam kemewahan yang berlebihan. Sifat kesederhanaan menjadi contoh bagi rakyatnya, sehingga dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat antara pemimpin dan rakyat.

2. Keadilan (Adil)

Pemimpin diharapkan bersikap adil dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. Keadilan menjadi dasar bagi stabilitas dan harmoni dalam masyarakat.

3. Keteladanan (Ajining Kendhat)

Pemimpin diharapkan menjadi teladan bagi rakyatnya dalam segala hal. Sikap dan perilaku pemimpin dapat memberikan inspirasi positif kepada masyarakat, sehingga tercipta suasana harmonis dan produktif.

4. Kesetiaan (Nyawang)

Pemimpin diharapkan setia kepada nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang dipegang teguh. Kesetiaan terhadap nilai-nilai tersebut akan menciptakan kepercayaan dari rakyatnya.

5. Kepemimpinan yang Bijaksana (Pangastuti)

Pemimpin diharapkan memiliki kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan menanggapi situasi yang kompleks. Kepemimpinan yang bijaksana akan membawa kestabilan dan kemajuan bagi masyarakat.

6. Kemurahan Hati (Welas Asih)

Pemimpin diharapkan memiliki hati yang luas dan kemurahan hati terhadap rakyatnya. Sikap ini menciptakan kebersamaan dan rasa keadilan di tengah masyarakat.

7. Kerendahan Hati (Alim/Urip Lan Woso)

Pemimpin dihimbau untuk memiliki sikap rendah hati dan tidak sombong. Sikap ini akan membuat pemimpin lebih terbuka terhadap masukan dan aspirasi rakyatnya.

Pemimpin yang menerapkan nilai-nilai tersebut diharapkan dapat menciptakan pemerintahan yang baik, adil, dan berkelanjutan, serta dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut mencerminkan konsep kepemimpinan yang berlandaskan pada moral dan etika, sejalan dengan tujuan Serat Wedhatama dalam memberikan petunjuk hidup yang baik dan benar.

Konsep kepemimpinan religius Jawa dalam Serat Wedhatama

1) Pemimpin harus memegang kuat Tri Prakara (tiga hal) yang disebut Tri Winasis, yaitu:

a. Kepandaian atau ilmu pengetahuan yang dimaksud, adalah kepandaian lahir dan batin (agama) bertujuan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Wirya atau Keluhuran (kedudukan) yang bertujuan seorang pemimpin diharuskan memiliki wibawa yang tinggi.

c. Kebahagiaan atau kekayaan disebutkan dalam kaitannya dengan "kesejahteraan batin", yaitu kekayaan hati yang hakiki, yang bertujuan untuk menyempurnakan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat.

2) Etika pemimpin menurut Serat Wedhatama, yaitu:

a. Mengenai tata krama (sopan santun).

b. Ajaran untuk selalu bersifat rendah hati.

c. Menghilangkan sifat ragu-ragu.

d. Ajaran larangan untuk bersikap sombong dan takabur.

e. Ajaran keteladanan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, dan Pangeran Senopati mengenai pokok ajaran-ajarannya.

f. Mengenai ajaran cinta kasih.

g. Ajaran untuk menghindari keserakahan.

h. Ajaran 3 (tiga) pegangan hidup para pemimpin (satria) Jawa, yaitu:

- Rela, artinya pengorbanan, persetujuan, atau tindakan tanpa paksaan.

- Sabar, artinya menahan diri dari tindakan atau reaksi negatif di tengah-tengah cobaan, kesulitan, atau tekanan.

- Ikhlas, artinya keadaan atau sikap ketulusan hati dalam melakukan sesuatu, tanpa menyimpan maksud atau motif tertentu selain untuk mencari ridha Tuhan atau untuk kebaikan bersama.

3) Konsep syarat untuk mencapai kepemimpinan religius yang tersirat dalam Serat Wedhatama, yaitu :

a. Menjauhi nafsu angkara.

b. Memahami ilmu kejiwaan dan kebatinan dalam mempelajari ilmu pengetahuan sebagai pegangan hidup di dunia dan di akhirat. Dengan menguasai Triloka (tiga alam, yaitu:

- Alam dunia (lahiriah).

- Alam astral (perasaan).

- Alam kelanggengan atau mental (angan-angan).

dan Tri Winasis sebagai syarat hidup seorang pemimpin, yaitu:

- Wirya (keluhuran/kekuasaan, yaitu berusaha bekerja semaksimal mungkin untuk mencapai kedudukan.

- Harta (kesejahteraan), yaitu mendapatkan modal yang halal semaksimal mungkin.

- Cindikia atau ilmu pengetahuan (kepandaian), yaitu berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan.

c. Melaksanakan sembah raga, cipta, jiwa dan rasa, yaitu:

- Sembah raga (meningkatkan ilmu pengetahuan secara wajar)

Sembah raga bersifat lahiriah yang dilakukan dengan syarat pertama dengan air (air wudu) dan kewajiban melaksanakan salat 5 waktu yang dilakukan tetap dan tekun, bertujuan untuk menyegarkan atau menyehatkan badan jasmani dan menenangkan atau mententramkan hati.

- Sembah cipta (konsentrasi/fokus)

Sembah cipta atau sembah kalbu, yaitu menyembah Allah SWT, yang bertujuan untuk membersihkan kalbu (hati) dari penyakit hati, dengan syarat utama mengurangi hawa nafsu dan pensuciannya menggunakan air (wudu).

- Sembah jiwa (tawakal lahir batin atau berbakti kepada Tuhan)

Sembah jiwa merupakan sembah yang sudah tidak bercampur mengenai persoalan lahiriah maka disebut sebagai "laku batin". Sembah ini yang di tunjukkan kepada "sukma". Sembah ini boleh dikatakan penting sebab mempunyai hubungan dengan batin.

- Sembah rasa atau "sembah rasa sejati"

Merupakan sembah terakhir yang mempunyai tingkatan yang paling tinggi diantara sembah lainnya. Sembah ini bukan rasa yang bersifat lahiriah seperti, pahit, asin, manis, sakit, senang, dan sebagainya. Tetapi rasa sejatinya rasa, rasa yang paling halus yang menguasai segala rasa-rasa lahiriah, yang dapat merasakan hakekat kehidupan.

Isi Serat Wedhatama 

Edit from Canva
Edit from Canva

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun