Anak-anak merupakan populasi yang sangat rentan, terutama dalam situasi yang membuat stress. Hospitalisasi dapat dianggap sebagai  pengalaman yang mengancam serta pemicu stres yang memicu krisis bagi anak-anak dan keluarga.
Semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka semakin kecil bentuk kecemasan atau malah sebaliknya (Pelander & Leino-Kilpi, 2010). Kecemasan yang timbul merupakan respon emosional terhadap penilaian sesuatu yang berbahaya, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart & Sundeen, 1998).
Apa itu distraksi?
Â
Asal kata "distraksi" mengacu dalam Bahasa Latin distractio yang mengacu pada hasil dari gangguan, dari Bahasa Latin distracen. Kata yang dibentuk dari awalan dis yang menunjukkan pemisahan, dan trahere yang mengacu pada tindakan menyeret.
Distraksi adalah mengalihkan perhatian  klien  ke  hal  yang  lain sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap kecemasan, bahkan meningkatkan toleransi terhadap kecemasan (Prasetyo, 2010). Teknik distraksi dikenal sebagai intervensi keperawatan yang efektif dalam menurunkan Tingkat kecemasan pada beberapa prosedur medis di semua tingkat usia pasien (Dwairej, Obeidat, & Khalaf, 2018).
Distraksi adalah metode untuk mengurangi rasa sakit atau kecemasan dengan mengalihkan perhatian pasien ke hal lain. Berikut beberapa teknik distraksi menyenangkan yang dapat diberikan kepada anak:
1. Video Distraksi
Penelitian yang dilakukan oleh Dwairej, Obeidat, dan Khalaf (2018) menunjukkan bahwa menonton video dapat menjadi salah satu metode pemanfaatan teknologi paling sederhana yang diimplementasikan untuk mengurangi kecemasan pada anak.
Lewat menonton video animasi, efek distraksi didapatkan secara pasif, dimana anak tidak perlu terlibat langsung didalamnya seperti pada penggunaan media digital lain (Kim, Jung, Yu, & Park, 2015). Karena orang tua memiliki mekanisme berbeda untuk mencegah berkembangnya kecemasan, penggunaan video distraksi dapat dikombinasikan dengan  kehadiran keduanya.
2. Kacamata Video
Penggunaan kacamata video merupakan teknik distraksi yang lebih efektif menurunkan kecemasan pada anak selama induksi anestesi jika dibandingkan dengan penggunaan portable multimedia player (PMP) (Hashimoto et al., 2020).
Kacamata video termasuk salah satu tipe alat menonton hiburan yang dipasang di kepala dan berbobot sangat ringan. Melalui kacamata video ini, anak-anak dapat lebih menyelami tontonan pilihannya selama dilakukan tindakan yang menimbulkan peningkatan kecemasan.
3. Virtual Reality (VR)
Virtual Reality (VR) didefinisikan sebagai simulasi yang dihasilkan oleh komputer dan memberikan informasi visual pada penggunanya seperti kondisi nyata melalui layar yang dipasang di kepala serta memungkinkan adanya interaksi antara pengguna dengan elemen di dalamnya (Vinas-Diz & Sobrido-Prieto, 2016).
Teknologi VR dapat dijadikan metode terapeutik Virtual Reality Exposure Therap (VRET) yang digunakan untuk mengatasi rasa takut dengan membuat pasien merasakan terpapar terhadap penyebab rasa takut itu sendiri (Dehghan, Jalali, & Bashiri, 2019).
4. Smartphone
Smartphone memberikan efek keteralihan disamping aktifitas yang menyenangkan serta daya serap motorik dan kognitif sehingga mempertahankan anak untuk tidak menyadari lingkungan yang dapat memperberat kecemasan mereka. (Cumino et al., 2017).
Ketika menggunakan smartphone, anak-anak cenderung tetap fokus, mengabaikan lingkungan, juga rangsangan verbal maupun sentuhan (Radesky, Schumacher, & Zuckerman, 2015).
5. Tablet
Tampilan audiovisual dinilai lebih efektif dalam menurunkan kecemasan anak karena menarik dan mudah diingat (Hatipoglu, Gulec, Lafli, & Ozcengiz, 2018). Saat ini, multimedia interaktif  berbasis tablet dapat menjadi bagian  dari permainan terapeutik, termasuk materi edukasi tentang pembedahan dan prosedur di rumah sakit, serta merupakan alternatif yang efektif dan aman.
Multimedia edukasi merupakan teknik distraksi  yang tidak hanya menampilkan media audiovisual tetapi juga memberikan informasi tentang prosedur yang  akan dilakukan pada anak selama dirawat di rumah sakit.
Teknologi sesungguhnya dapat menjadi senjata dua arah yang memiliki dampak positif dan negatifnya sendiri. Ada kalanya manusia membutuhkan alat-alat teknologi untuk membantu dalam berjalannya kehidupan. Namun, di sisi lain penggunaan alat teknologi yang berlebihan juga menimbulkan efek buruk; kecanduan. Oleh karena itu, moms, bijaklah dalam mengikut sertakan alat teknologi pada tumbuh kembang anak.
Referensi:
(Utami et al., n.d. Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak)
(Fatmawati et al., n.d. Pengaruh Audiovisual Menonton Film Kartun Terhadap Tingkat Kecemasan Saat Prosedur Injeksi Pada Anak Prasekolah)
(Kesehatan et al., n.d. Viva Medika Pemanfaatan Teknologi dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Anak Jelang Tindakan Operasi; Tinjauan Literatur)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H