Mohon tunggu...
Wiwin
Wiwin Mohon Tunggu... Lainnya - simple

saya seorang ibu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Angan di Awan Gulita

27 Oktober 2023   21:36 Diperbarui: 27 Oktober 2023   21:38 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkahku menyusuri lorong senja sejauh tatapan mataku hanya merunduk

terngiang tertawamu  memiliki rasa kemenangan

seperti petir menyambar menghapus kepecayaan yang baruku ucapkan

kau menikmati dan  puas dengan kekalahanku

 

Seperti ternista saat itu

Siang hari bagai malam yang gelap gulita

Pelangipun tampak kelabu

Angan ini seperti berjalan di awan gelap 

Tak mampu selamanya menapaki langkah ini saat jalan di lorong kehdupan

bahagiamu melihatku yang  jatuh tersungkur...

Waktu terasa 

Kelam tak mampu aku menerjemahkan apa yang terjadi 

dalam sebuah goresan dan angan bertanya-tanya apakah ini kebetulan ataukah  sengaja  

Rentetan peristiwa bertubi-tubi menjatuhkan asa 

Pertahanan pikiran mengolah kebenaran berusaha untuk memahami 

Semua pengap di dada

Kecewa di hatiku

Mati rasa 

Luka yang tak berdarah 

Menyayat kembali goresan ini yang sampai kapan aku mampu menyembuhkan?

Aku hanya merunduk dan menghindar saat  ini 

Jalan ini sudah ada yang memberikan aturan

Bujuk dalam hati

Nasehat dan nasehat hati datang

Berpetuah

Buktikan dengan cinta dan keimanan yang kau miliki dan keu percayai

setulus hati kau harus menerimanya

waktu akan menghapus jejak ini 

mengobati luka dengan kenikmatan lain 

Jalan indah yang diberikan Ilahi pada yang mampu menjalani

diri mencoba meredam lara 

Pada saatnya ada rasa lelah dan kesakitan 

Jatuh sampai membeku darah lebam,  hanya derai air mata bila mengingat  

Ribuan dusta yang datang dari orang terdekat  lebih dalam menyayatnya 

Awan gelap menggelayut dalam angan 

Saat menjadi manusia lemah yang lain akan bahagia mungkin juga

Tatap lorong jalan itu masih legang 

Mungkin awan gulita saat ini peneduh

untuk menyampaikan keikhlasan 

berjuang ...   

saat diam berbisik 

Bebaskan diri ... bujuk diri ...

tangis kebebasan akan datang mengganti

stand up  ....  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun