Mohon tunggu...
Wiwin Damayanti
Wiwin Damayanti Mohon Tunggu... Guru - Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad

Mengajar di SMP Muslimin Cililin, Bandung Barat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal KKM

30 Juli 2018   05:23 Diperbarui: 30 Juli 2018   05:36 6803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: ristekdikti (wikimedia.org) ---edited

Bismillah belajar (saya persembahkan untuk dua sahabat mengajar baru saya disekolah).

Memasuki minggu ketiga tahun pelajaran baru tentunya para guru sudah mempersiapkan segala administrasi pembelajaran dengan semangat baru pula. 

Mulai dari kalender pendidikan untuk menentukan hari efektif dan non efektif, KIKD, silabus, program tahunan, KKM, program semester, dll terkecuali RPP yang dapat dipersiapkan perpertemuan. 

Administrasi pembelajaran tersebut memiliki peranan penting khususnya KKM. KKM menjadi salah satu penentu kenaikan kelas; jika peserta didik memiliki lebih dari dua nilai kompetensi pengetahun dan/ atau kompetensi keterampilan di bawah KKM maka peserta didik tersebut akan tinggal kelas.

Tapi apa itu KKM? 

Bagi yang ingin dan/ atau baru memasuki dunia mengajar mungkin belum bersahabat dengan istilah KKM. 

KKM atau kriteria ketuntasan minimal adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan dimana dalam merumuskannya memperhatikan tiga aspek.

Apa saja tiga aspek merumuskan KKM?

Tiga aspek dalam merumuskan KKM yakni karakteristik peserta didik  (intake), karakteristik mata pelajaran (kompleksitas) dan kondisi satuan pendidikan (daya dukung). 

Ketiga aspek ini memiliki tiga kriteria; tinggi, sedang dan rendah. Masing-masing kriteria ditentukan dengan skala penilaiaian berupa point (1-3) atau rentang nilai (50-100) yang tidak sama; point untuk kriteria tinggi pada aspek kompleksitas adalah 1, sedangkan point untuk kriteria tinggi pada aspek intake dan daya dukung adalah 3. Untuk lebih jelasnya berikut di bawah ini:

1. Karakteristik peserta didik intake/ rata-rata kemampuan siswa.

Untuk peserta didik baru (kelas VII) dapat diperoleh dari rata-rata nilai rapor SD, nilai ujian sekolah SD, nilai hasil seleksi masuk peserta didik baru, tes diagnostis. Dan untuk peserta didik kelas VIII dan IX dapat diperoleh dari rata-rata nilai raport semester  tahun sebelumnya.

Kriteria:                          

Tinggi          Sedang          Rendah

Skala penilaian (point):

3                      2                       1

Skala penilaian (rentang nilai):

80-100         65-79             50-64

2. Karakteristik mata pelajaran (kompleksitas)/ tingkat kesulitan setiap indikator. 

Kriteria:

Tinggi          Sedang           Rendah

Skala penilaian (point):

1                       2                       3

Skala penilaian (rentang nilai):

50-64           65-79            80-100

3. Karaktetistik kondisi satuan pendidikan (daya dukung).

Diantaranya tenaga guru, sarana/ prasarana, pembiyaan, komite sekolah, orang yang peduli terhadap sekolah.

Kriteria:

Tinggi           Sedang           Rendah

Skala penilaian (point):

3                       2                       I

Skala penilaian (rentang nilai):

80-100          65-79            50-65

Contoh:

1. Menentukan KKM dengan skala penilaiaian berupa point (1-3):

Jika indikator memiliki kreteria kompleksitas tinggi = 1, daya dukung tinggi = 3 & intake tinggi = 3. Maka KKMnya adalah (1 + 3 + 3) x 100 / 9 = 78 (dibulatkan).

2. Menentukan KKM dengan skala penilaiaian berupa rentang nilai (50-100):

Jika indikator memiliki kreteria  kompleksitas tinggi = 64, daya dukung tinggi= 80, intake tinggi = 70. Maka KKM-nya adalah ( 64 + 80 +80) / 3 = 75 (dibulatkan).

Setelah selesai menentukan KKM, maka tinggal mendiskusikan model KKM mana yang akan digunakan. 

Seperti apa model KKM?

Ada dua model KKM:

1. Model multi (lebih dari satu KKM).

Ada dua pilihan yang dapat dipilih satuan pendidikan dalam model KKM multi (lebih dari satu KKM) ini, yakni:

- KKM per-mapel.

Pada KKM per-mapel, setiap guru mapel menentukan dan menggunakan KKMnya masing-masing. Sehingga menghasilkan KKM yang berbeda-beda pada setiap mapel. 

-KKM per-rumpun mapel.

Pada KKM per-rumpun mapel, setelah setiap guru mapel menentukan KKMnya masing-masing kemudian berkumpul dengan rumpunnya, seperti rumpun bahasa (guru mapel Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), rumpun MIPA (guru mapel Matematika dan IPA), dll menentukan dan menggunakan KKM untuk rumpunnya masing-masing. Sehingga menghasilkan KKM yang sama pada mapel dalam rumpunnya.

2. Model tunggal (satu KKM).

Model KKM tunggal (satu KKM) disebut sebagai KKM sekolah/ satuan pendidikan, karena menghasilkan KKM yang sama untuk setiap mapel secara keseluruhan tidak hanya perumpun saja. 

Sebenarnya, sebagian proses dalam model ini menggunakan model multi (KKM per-mapel); dimana pertama-tama setiap guru mapel menentukan KKMnya masing-masing terlebih dahulu, hanya saja yang membedakan tidak langsung digunakan seperti pada model KKM multi (KKM per-mapel) tersebut. 

Tetapi setelah itu, sekolah/ satuan pendidikan menentukan KKM yang mana yang akan digunakan dengan cara memilih KKM terendah, KKM rata-rata atau atau KKM modus dari seluruh mapel. Sehingga menghasilkan KKM yang sama pada setiap mapel.

Saya pribadi lebih jatuh cinta pada model multi (lebih dari satu KKM) yang kedua yaitu KKM per-mapel. Sekalipun hasilnya akan berbeda-beda, tapi lebih membuat merdeka. Toh berbeda itu indah, seindah Bhineka Tunggal Ika.

Sumber:

Tim Direktorat Pembinaan SMP. 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. 2017. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.

Cililin, 29 Juli 2018 (17:22) 

Wiwin Damyanti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun