Sekira dua minggu yang lalu saya menghadiri pesta pernikahan anak pertama seorang teman. Pesta pernikahan dilangsungkan di suatu gedung yang cukup terkenal di kota Cianjur.
Saya pertama kali menerima undangan itu dari sebuah grup WA alumni sekolah. Tapi beberapa hari kemudian saya juga menerima undangan fisiknya.
Dalam undangan itu tertera bahwa waktu undangan hanya selama tiga jam. Mulai pukul 11.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.
Di grup WA alumni kita sudah janjian, kita akan hadir pada pukul 13.00 WIB. Pertimbangannya di saat itu mungkin tamu sudah tidak terlalu padat sehingga kami bisa sekalian reunian.
Nah saya berangkat dari rumah sekira pukul 12.00 WIB. Dengan estimasi perjalanan satu jam, saya bisa sampai ke lokasi gedung tempat undangan pernikahan pada pukul 13.00 WIB.
Singkat cerita saya tiba di lokasi kurang dari pukul 13.00 WIB. Saya kemudian mengontak teman-teman yang lain, apakah sudah ada di lokasi atau belum.
Ternyata teman-teman semua sudah masuk ruangan yang ada di lantai 2. Saya pun masuk ke dalam, ke tempat acara pesta pernikahan dilangsungkan.
Pas masuk ruangan langsung terlihat kemeriahan acara pesta pernikahan. Tamu undangan pun terlihat sangat padat, panjang mengular.
Kami pun mengantre dengan tamu undangan lain menuju pelaminan untuk memberi ucapan selamat kepada pasangan pengantin.
Setelah beberapa lama kemudian akhirnya kami tiba juga di pelaminan. Kami pun memberikan selamat kepada sang teman yang telah resmi punya seorang menantu. Kami juga memberikan selamat kepada pasangan pengantin.
Setelahn turun dari pelaminan kami dan para tamu undangan lain diarahkan ke tempat makanan. Kami pun kembali mengantre untuk mengambil makanan.
Namun sesampainya di tempat makanan kami dan tamu undangan lain tidak mendapati makanan yang seharusnya ada dalam sebuah prasmanan pesta pernikahan.
Makanan di sana nyaris habis. Nasi tinggal sedikit, mungkin hanya ada untuk 4-5 piring (porsi) lagi. Lauknya juga tinggal sayur sop dan keripik singkong balado. Tidak ada daging atau lauk lainnya.
Karena sudah terlanjur mengantre, kami dan para tamu undangan lainnya mengambil makanan seadanya. Nasi ditambah sayur sop dan keripik singkong balado.
Kami dan beberapa tamu undangan lain yang datang hampir bersamaan mungkin cukup "beruntung". Kami masih sempat menikmati makanan seadanya.
Sementara tamu undangan lain yang masih banyak berdatangan di belakang kami tidak menemukan apa pun di meja makanan. Nasi tinggal wadahnya. Begitu pula lauknya sudah tidak tersisa.
Padahal tamu undangan yang baru datang pun masih berdesak-desakan mengantre menuju pelaminan. Maklum waktu undangan masih tersisa satu jam lagi.
Setelah mengobrol dengan teman-teman satu kelas dulu selama hampir sekira setengah jam, kami pun pulang. Kami meninggalkan gedung tempat acara pesta pernikahan anak pertama teman kami.
Malam harinya sekira selepas maghrib, saya buka grup WA. Ada notifikasi di grup alumni, voice note dari teman kami yang tadi siang menikahkan anak pertamanya.
Dalam voice note itu sang teman minta maaf sambil menangis atas kejadian waktu tadi siang. Dia mengatakan tidak habis pikir makanan di pesta pernikahan anaknya bisa habis sebelum waktunya. Padahal dia mengatakan sudah pesan makanan ke pihak katering lebih dari jumlah tamu undangan yang diundang.
Sang teman mungkin "sudah benar" memesan makanan ke pihak katering lebih dari jumlah tamu undangan yang diundang. Akan tetapi ada satu kesalahn yang cukup fatal yang dilakukan sang teman.
Apa itu? dia "sembarangan" terlalu mengobral undangan di banyak grup WA. Padahal dalam satu grup WA saja jumlah anggotanya mungkin lebih dari 100 orang. Sementara dia bilang hanya membuat undangan (fisik) sebanyak 400 orang. Â Â
Hal itu jelas akan membuat tamu undangan membludak. Mungkin tamu undangan yang datang bisa 3-4 kali lipat.
Tentu saja hal itu akan berdampak pada makanan yang disiapkan oleh pihak katering. Padahal pihak katering pasti hanya akan menyiapkan makanan sejumlah pesanan.
Ini sebuah pelajaran yang sangat berharga. Bahwa ternyata kesiapan makanan dalam sebuah pesta, termasuk pesta pernikahan harus dihitung dengan cermat. Jangan sampai makanan kurang sehingga tamu undangan banyak yang tidak kebagian makan.
Bagaimana dan apa saja yang harus diperhatikan dalam menghitung porsi (pax) makanan untuk tamu undangan pesta pernikahan?
Pertama, kita harus menghitung berapa tamu yang akan kita undang. Asumsikan bahwa tiap tamu undangan akan datang dengan pasangannya. Dengan demikian pesan makanan ke pihak katering sebanyak dua kali lipat dari jumlah tamu undangan yang kita undang.
Kedua, jangan lupakan panitia yang mengurus acara pesta pernikahan dan anggota keluarga/kerabat yang mungkin akan datang ke pesta pernikahan. Jadi ini juga dihitung dan ditambahkan. Berarti pesan makanan ke pihak katering 2x lipat dari jumlah tamu yang diundang plus jumlah panitia dan anggota keluarga/kerabat yang mungkin datang.
Bukankah tidak semua tamu undangan yang kita undang akan datang? Betul. Nah untuk faktor ketidakhadiran pada umumnya menggunakan hitungan 10 %. Jadi porsi (pax) makanan yang dipesan ke pihak katering kurangi 10%.
Masalah ketersediaan dan kecukupan makanan dalam sebuah pesta pernikahan bukan hal yang sepele. Kalau tidak bisa mendapat malu seperti sang teman tadi.
Dengan demikian hitung dengan cermat jumlah tamu undangan yang diundang dan pesan porsi (pax) makanan sesuai hitungan tadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H