Setelahn turun dari pelaminan kami dan para tamu undangan lain diarahkan ke tempat makanan. Kami pun kembali mengantre untuk mengambil makanan.
Namun sesampainya di tempat makanan kami dan tamu undangan lain tidak mendapati makanan yang seharusnya ada dalam sebuah prasmanan pesta pernikahan.
Makanan di sana nyaris habis. Nasi tinggal sedikit, mungkin hanya ada untuk 4-5 piring (porsi) lagi. Lauknya juga tinggal sayur sop dan keripik singkong balado. Tidak ada daging atau lauk lainnya.
Karena sudah terlanjur mengantre, kami dan para tamu undangan lainnya mengambil makanan seadanya. Nasi ditambah sayur sop dan keripik singkong balado.
Kami dan beberapa tamu undangan lain yang datang hampir bersamaan mungkin cukup "beruntung". Kami masih sempat menikmati makanan seadanya.
Sementara tamu undangan lain yang masih banyak berdatangan di belakang kami tidak menemukan apa pun di meja makanan. Nasi tinggal wadahnya. Begitu pula lauknya sudah tidak tersisa.
Padahal tamu undangan yang baru datang pun masih berdesak-desakan mengantre menuju pelaminan. Maklum waktu undangan masih tersisa satu jam lagi.
Setelah mengobrol dengan teman-teman satu kelas dulu selama hampir sekira setengah jam, kami pun pulang. Kami meninggalkan gedung tempat acara pesta pernikahan anak pertama teman kami.
Malam harinya sekira selepas maghrib, saya buka grup WA. Ada notifikasi di grup alumni, voice note dari teman kami yang tadi siang menikahkan anak pertamanya.
Dalam voice note itu sang teman minta maaf sambil menangis atas kejadian waktu tadi siang. Dia mengatakan tidak habis pikir makanan di pesta pernikahan anaknya bisa habis sebelum waktunya. Padahal dia mengatakan sudah pesan makanan ke pihak katering lebih dari jumlah tamu undangan yang diundang.
Sang teman mungkin "sudah benar" memesan makanan ke pihak katering lebih dari jumlah tamu undangan yang diundang. Akan tetapi ada satu kesalahn yang cukup fatal yang dilakukan sang teman.