Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lonely Marriage Jangan Sampai Bikin Pernikahan jadi "Damage"

28 Oktober 2024   12:36 Diperbarui: 28 Oktober 2024   17:42 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lonely marriage (Sumber: kompas.com)

"Ku hidup dengan siapa. Ku tak tahu kau siapa. Kau kekasihku, tapi orang lain bagiku. Kau dengan dirimu saja. Kau dengan duniamu saja. Taeruskanlah, teruskanlah kau begitu."

Itu adalah sepenggal bait lagu yang berjudul "Teruskanlah" yang dibawakan oleh Agnes Mo beberapa tahun lalu. Lagu tersebut berisi tentang "lonely marriage" yang dirasakan oleh salah satu pasangan (istri).

Lonely marriage adalah perasaan kesepian yang dialami oleh pasangan atau salah satu pasangan suami istri dalam sebuah pernikahan. Lonely marriage merupakan fenomena yang cukup umum terjadi dan dialami oleh banyak pasangan di berbagai budaya dan kelompok usia.

Kendati tinggal bersama, banyak pasangan yang merasa terasing secara emosional dari pasangannya. Seperti tergambar dalam bait lagu di atas.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa perasaan kesepian dalam pernikahan seringkali tersembunyi dan tidak terlihat oleh orang luar. Bahkan hal itu bisa terjadi dalam hubungan yang tampak harmonis.

Mengapa lonely marriage terjadi dalam sebuah pernikahan? Hal itu disebabkan oleh banyak faktor atau banyak hal. Sebut saja misalnya pertama, kehilangan keintiman fisik dan emosional. Dalam hal ini pasangan kurang memiliki momen untuk berhubungan intim, baik dalam bentuk fisik maupun emosional.

Hal itu akan membuat hubungan pasangan terasa hambar dan jauh. Dengan demikian perasaan sendirian pun akan menghinggapi pasangan.

Kedua, tekanan dan kesibukan sehari-hari. Kesibukan dalam hal pekerjaan, tanggung jawab keluarga, mengurusi hobi, atau kesibukan aktivitas lain bisa membuat pasangan kelelahan atau kehilangan waktu dan energi untuk menjalin keintiman.

Hal itu juga akan membuat hubungan pasangan terasa hambar dan jauh. Ujung-ujungnya perasaan "terpisah" dan "sendirian" pun akan menghinggapi pasangan.

Ketiga, kurangnya komunikasi yang terbuka dan jujur. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting bagi pasangan dalam pernikahan. Ketika hal itu tidak terpenuhi atau tidak terjadi, maka keterikatan emosional bisa berkurang bahkan hilang.

Hal itu kemudian akan mengakibatkan "jarak" dalam hubungan. Jika sudah demikian,  pasti akhirnya akan muncul perasaan "sendirian" diantara pasangan.

Keempat, perbedaan prioritas dan nilai. Pasangan yang memiliki pandangan, minat, atau tujuan hidup yang berbeda akan menyebabkan pasangan jadi berjarak. Jika sudah begitu,  pasti akhirnya akan muncul perasaan "sendirian" diantara pasangan.

Kelima, rasa kecewa atau ekspektasi yang tidak terpenuhi. Ketika pasangan atau salah satu pasangan merasa pernikahan mereka tidak sesuai harapan atau ekspektasi, mereka akan kehilangan motivasi dan semangat untuk membangun hubungan yang lebih dalam.

Hal itu juga kemudian akan menciptakan kehampaan dalam hubungan. Jika sudah demikian,  pasti akhirnya akan muncul perasaan "sendirian" diantara pasangan.

Beberapa faktor atau hal di atas tentu akan mengganggu hubungan pasangan dalam pernikahan. Dengan demikian lonely marriage jangan sampai membuat pernikahan jadi "damage". Bagaimana untuk mengatasinya?

Mengatasi lonely marriage tidak bisa sendirian. Mengatasi lonely marriage membutuhkan upaya bersama dari kedua pasangan untuk membangun kembali keintiman, komunikasi, dan rasa keterhubungan.

Berikut ini adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah lonely marriage. Tentu saja upaya ini harus dilakukan bersama-sama kedua pasangan.

Pertama, membangun keintiman fisik dan emosional. Upaya ini bisa dilakukan dengan meningkatkan intensitas kontak fisik dan emosional sebanyak mungkin. Seperti genggaman tangan, pelukan, ciuman, kontak mata, berbagi hobi bersama, mendiskusikan mimpi dan harapan, mengekspresikan rasa syukur bersama, dan lain-lain.

Kedua, meluangkan waktu berkualitas bersama. Misalnya dengan menonton bersama, makan bersama, shopping bersama, dan bisa juga melakukan ibadah bersama.

Ketiga, meningkatkan komunikasi yang terbuka. Hal ini bisa dimulai dengan berbicara secara jujur dan terbuka tentang perasaan yang sebenarnya. Jelaskan perasaan kesepian yang dirasakan tanpa saling menyalahkan.

Keempat, menetapkan tujuan bersama. Pasangan membuat rencana jangka panjang/pendek bersama. Tak peduli rencana itu besar atau kecil. Perbedaan prioritas dan nilai masing-masing pasangan dikesampingkan terlebih dahulu.

Kelima,  bersabar dan bersyukur. Pasangan harus memahami bahwa tidak semua hal berjalan sesuai dengan harapan dan ekspektasi. Ada banyak hal yang memang kontra dengan harapan dan ekspekstasi. Dalam hal ini diperlukan sikap sabar dan syukur dari kedua pasangan.

Demikian. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun