Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tips Agar Jemaah Haji Tidak Tersesat di Tanah Suci

21 Mei 2024   04:59 Diperbarui: 21 Mei 2024   14:00 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gelang identitas (Sumber: https://kemenag.go.id/)

Cerita jemaah haji yang tersesat di tanah suci selalu terjadi dari tahun ke tahun. Jemaah haji yang tersesat itu bisa di tempat-tempat ziarah seperti Masjid Quba, Jabal Uhud, Jabal Rahmah, dan lain-lain. Bahkan ada juga jemaah haji yang tersesat di lokasi sekitar hotel, tempat perbelanjaan, atau di Masjidil Haram.

Menilik beberapa kasus yang terjadi, jemaah haji yang tersesat itu kebanyakan mereka yang sudah berusia lanjut, gaptek, atau tidak mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing (Arab/Inggris). Mereka yang tersesat juga hampir bisa dipastikan adalah yang baru pertama kali mengunjungi tanah suci.  

Namun ada mitos yang berkembang, sebagian orang percaya dan mengait-ngaitkan kasus jemaah haji yang tersesat itu sebagai bentuk  "hukuman" atau "karma" atas perbuatan yang pernah diperbuat semasa di tanah air.

Misalnya jemaah haji yang tersesat itu dipercaya atau diduga pernah melakukan perbuatan yang membuat orang lain bingung, pusing, atau tidak nyaman. Bisa juga jemaah haji yang tersesat itu pernah "menyesatkan" orang lain sewaktu di tanah air.

Akan tetapi namanya juga mitos, kebenaran hal tersebut tidak bisa dibuktikan secara "ilmiah". Hal tersebut bisa faktual bisa juga tidak.

Kasus terjadinya jemaah haji yang tersesat di tanah suci sesungguhnya bisa diminimalisir atau diantisipasi. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan/dijalankan agar jemaah haji tidak tersesat di tanah suci.

Pertama, disiplin dan mematuhi arahan/instruksi Karom (Ketua Rombongan) atau Karu (Ketua Regu), dan lebih jauh lagi mematuhi arahan/instruksi para petugas kloter. Seperti ketika melakukan ziarah Karom, Karu, dan petugas kloter memberikan arahan/instruksi kepada para jemaah haji untuk tidak keluar area /lokasi ziarah, misalnya. Semua jemaah haji hendaknya mematuhi hal tersebut.

Kedua, jangan bepergian sendirian, usahakan selalu bersama rombongan. Baik ketika mau melakukan ziarah atau bahkan ketika mau melaksanakan tawaf, sa'i, dan ibadah lainnya di Masjidil Haram, jemaah haji harus selalu bersama rombongan.

Kelompok jemaah haji (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Kelompok jemaah haji (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Hal ini penting, apalagi bagi jemaah haji yang sudah lanjut usia atau jemaah haji yang kurang baik dalam segi kesehatan.

Ketiga, mengenali landmark penting. Di Masjidil Haram misalnya, jemaah haji harus mengingat dari pintu dan arah pintu mana dia masuk. Apakah dari arah zam-zam tower/Menara Abraj Al-Bait misalnya atau dari arah yang lain. Hal itu penting untuk memudahkan jalan pulang dan agar tidak tersesat.

Begitu pula di Masjid Nabawi. Jemaah haji harus mengingat dari pintu mana dia masuk. Apakah dari pintu yang searah dengan Maqbarah (pekuburan) Baqi misalnya atau dari arah yang lainnya.

Keempat, mengetahui dan mengingat warna stiker Bus Shalawat. Stiker yang ditempel di badan bus berukuran 60 x 40 cm, memuat gambar bendera merah putih, nomor, nama rute, dan tujuannya.

Bus Shalawat ini merupakan angkutan yang disewa pemerintah Indonesia untuk para jemaah haji Indonesia selama melaksanakan ibadah haji. Bus ini beroperasi selama 24 jam, mengangkut para jemaah haji dari hotel ke Masjidil Haram. Jadi jemaah haji bisa ke Masjidil Haram kapan saja, sekali pun di waktu tengah malam.

Ilustrasi Bus Shalawat (Sumber: https://kemenag.go.id/)
Ilustrasi Bus Shalawat (Sumber: https://kemenag.go.id/)

Bus Shalawat ini memiliki warna stiker yang berbeda-beda, tergantung hotel tempat tinggal para jemaah haji. Warna stiker rute Misfalah-Masjidil Haram dengan warna stiker rute Syisah-Masjidil Haram atau Raudhah-Masjidil Haram, misalnya, tentu akan berbeda.

Mengetahui dan mengingat warna stiker Bus Shalawat ini sangat penting bagi jemaah haji. Sebab jika di terminal salah naik bus, dipastikan si jemaah haji akan tersesat ke hotel lain yang ada di lokasi berbeda dengan hotel si jemaah haji itu.

Kelima, senantiasa membawa ponsel/handphone dengan baterai yang cukup atau membawa baterai cadangan/power bank. Pastikan  ponsel/handphone berisi kuota atau pulsa.

Dengan adanya ponsel/handphone, si jemaah haji akan mudah berkomunikasi seandainya tidak tahu jalan pulang atau tersesat di suatu lokasi yang tidak dikenali.

Keenam, selalu mengenakan gelang identitas. Gelang identitas adalah gelang yang dibagikan oleh PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji)  ketika mau berangkat di asrama haji embarkasi. Gelang tersebut harus selalu dipakai, jangan pernah dicopot ketika bepergian, bahkan ketika mandi sekali pun.

Ilustrasi gelang identitas (Sumber: https://kemenag.go.id/)
Ilustrasi gelang identitas (Sumber: https://kemenag.go.id/)

Gelang identitas dipakai mulai berangkat dari tanah air sampai kembali ke tanah air lagi. Artinya selama di perjalanan pergi-pulang dan selama berada di tanah suci, gelang identitas harus selalu melekat di tangan.

Gelang identitas sangat penting. Hal itu dikarenakan dalam gelang identitas terekam informasi secara detail seluruh data pribadi jemaah haji. Mulai dari asal negara, kloter (kelompok terbang) berapa, sampai siapa ketua kloternya, informasinya ada di dalam gelang identitas tersebut.

Dengan demikian seandainya si jemaah haji tersesat di lokasi manapun akan mudah dideteksi dan dikenali. Hal itu akan memudahkan petugas melacak keberadaan kloter asal si jemaah haji tersebut.

Ketujuh, selalu mengenakan ID Card jemaah haji. Jemaah haji jangan merasa ribet atau kagok selalu menggantungkan ID Card di leher ketika melakukan aktivitas di luar hotel.

Sama halnya dengan gelang identitas, di dalam barcode ID Card jemaah haji berisi hal-hal yang berkaitan dengan si jemaah haji itu sendiri. Di dalam ID Card berisi informasi mengenai pondokan/hotel si jemaah haji, baik ketika di Madinah atau di Mekkah.

Termasuk di dalam ID Card juga memuat informasi mengenai ketua kloter, ketua rombongan, dan nomor telepon mereka.

Dengan begitu seandainya si jemaah haji tersesat di lokasi manapun akan mudah dideteksi dan dikenali. Hal itu akan memudahkan petugas melacak keberadaan lokasi pondokan/hotel asal si jemaah haji tersebut.

Selain itu jangan lupa pula selalu membawa kartu identitas di dalam tas kecil. Baik Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau kartu identitas lainnya.

Itulah beberapa tips agar jemaah haji tidak tersesat di tanah suci waktu melaksanakan ibadah haji. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun