Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebelum Berangkat, Apa yang Harus Dipersiapkan Jemaah Haji?

4 Mei 2024   20:16 Diperbarui: 4 Mei 2024   22:13 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jemaah haji sedang di depan Ka'bah (Sumber: dokpri)

Pemerintah Indonesia akan mulai memberangkatkan Jemaah haji Gelombang I mulai tanggal 12 Mei 2024. Mereka akan diberangkatkan dari 14 embarkasi berbeda di seluruh Indonesia.

Ke-14 embarkasi dimaksud adalah BTJ (Banda Aceh), KNO (Kualanamu), PDG (Padang), BTH (Batam), PLM (Palembang), JKG (Jakarta Pondok Gede), JKS (Jakarta Bekasi), SOC (Solo), SUB (Surabaya), BDJ (Banjarmasin), BPN (Balikpapan), UPG (Ujungpandang), LOP (Lombok), dan terakhir embarkasi terbaru KJT (Kertajati).

Para Jemaah haji (reguler) akan tinggal di Arab Saudi selama kurang lebih 40 hari. Rinciannya, 8-9 hari di Madinah dan 31-32 hari di Mekkah.

Sedangkan perjalanan keberangkatan dari embarkasi ke Arab Saudi dihitung waktu satu hari dan kepulangan dari Arab Saudi ke tanah air juga dihitung waktu satu hari. Jadi total perjalanan ibadah haji 42 hari, mulai dari berangkat sampai kembali lagi ke tanah air.

Perjalanan ibadah haji yang cukup makan waktu lama tersebut tentu memerlukan persiapan yang matang dan maksimal dari para jemaah haji. Hal itu agar perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji berlangsung dengan baik, aman, dan nyaman sesuai yang diharapkan.

Lantas apa yang harus dipersiapkan oleh para jemaah haji? Persiapan itu ada dua, yakni berupa materiil dan non-materiil.

Persiapan yang berupa materiil yaitu menyangkut atau bersifat kebendaan, seperti kebugaran fisik dan logistik. Sedangkan  persiapan berupa non-materiil sebaliknya, bersifat bukan kebendaan. Dalam hal ini berupa kesiapan mental.

Persiapan materiil dan non-materiil ini sesungguhnya sama pentingnya. Akan tetapi jika diurutkan, tentu persiapan non materiil, yakni kesiapan mental jadi yang utama.

Tidak semua Jemaah haji memiliki kesiapan mental yang sama. Banyak diantaranya yang merasa was-was, kurang percaya diri, kurang yakin, bahkan rasa takut yang berlebihan.

Pernah ada kasus, seorang Jemaah haji sampai kabur dari embarkasi pulang kembali ke rumahnya karena memiliki perasaan tadi, yakni merasa was-was, kurang percaya diri, kurang yakin, bahkan takut. Jemaah itu urung berangkat melaksanakan ibadah haji.

Sebagian besar Jemaah haji mungkin belum pernah naik pesawat. Diantara sekian banyak jemaah haji itu, terutama mereka yang berasal dari daerah/luar kota dan lansia pasti ada yang merasa was-was atau takut naik pesawat.

Kemudian juga ada semacam persepsi atau bahkan jadi keyakinan banyak orang bahwa mereka yang melakukan dosa atau kesalahan selama di tanah air sebelum melaksanakan ibadah haji, nanti ketika melaksanakan ibadah haji akan mendapatkan balasannya. Mereka yang merasa banyak melakukan dosa dan kesalahan akhirnya merasa takut.

Seperti cerita seorang yang suka galak atau bengis sama kucing misalnya. Di sana akan mendapat perlakuan yang kasar atau akan ada yang "menyiksa".

Masih banyak lagi hal lain yang membuat sebagian jemaah haji menjadi was-was, kurang percaya diri, kurang yakin, bahkan takut melaksanakan ibadah haji. Ini menyangkut kesiapan mental.

Selanjutnya persiapan materiil. Ini juga sama pentingnya. Dalam hal ini jemaah haji paling tidak harus menyiapkan dua hal, yakni kebugaran tubuh dan logistik (perbekalan).

Ibadah haji adalah ibadah fisik. Dengan sendirinya membutuhkan kesiapan dan kebugaran fisik. Dengan demikian Jemaah haji harus senantiasa menjaga kesehatan sebagai persiapan berangkat melaksanakan ibadah haji.

Sebelum berangkat melaksanakan ibadah haji para jemaah haji sangat dianjurkan untuk berolah raga secara teratur. Olah raga yang dilakukan tidak usah berat-berat, yang penting bikin badan bugar dan otot-otot terlatih melakukan aktivitas.

Olah raga yang dilakukan sebaiknya olah raga yang "linier" dengan aktivitas fisik yang sering dilakukan saat melaksanakan ibadah haji. Aktivitas fisik yang sering dilakukan di sana adalah berjalan dalam waktu cukup lama dan jarak yang cukup jauh.

Suasana di terowongan Mina menuju Jamarat (Sumber: dokpri)
Suasana di terowongan Mina menuju Jamarat (Sumber: dokpri)

Dengan demikian olah raga yang "linier" dengan aktivitas fisik di sana adalah jalan kaki, jogging, atau senam. Bisa juga olah raga ringan lainnya.

Kemudian persiapan materiil lainnya, yakni persiapan logistik. Ini juga tak kurang pentingnya.

Melaksanakan ibadah haji bukanlah dimaksudkan untuk rekreasi atau shopping. Walau pun tentu saja ada unsur itu di dalamnya.

Selain itu masalah akomodasi dan konsumsi, seperti sewa hotel dan makan sudah disediakan dan dijamin oleh pemerintah selama melaksanakan ibadah haji di sana.

Oleh kaenanya jemaah haji tak perlu jor-joran membawa uang atau bahan makanan. Jemaah haji hendaknya membawa uang secukupnya untuk kebutuhan-kebutuhan yang pokok saja. Kebutuhan pokok yang dimaksud misalnya membayar "dam" dan sekedar membeli oleh-oleh..

Terkait bahan makanan, saat ini jemaah haji sudah tak perlu lagi membawa beras seperti jemaah haji tempoe doeloe. Sebab kebutuhan makan sudah dicukupkan dan dipenuhi oleh pemerintah, baik selama di Mekkah atau selama di Madinah.

Makanan yang mungkin bisa dibawa adalah makanan yang tahan lama dan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Selain itu makanan yang dimaksud adalah makanan yang benar-benar "dirindukan" nanti selama di Arab Saudi, karena makanan yang dimaksud merupakan makanan khas daerah yang sering dikonsumsi.

Sebut saja untuk orang Sunda misalnya. Bagi orang Sunda sambal terasi dan sukri (suuk dan teri), yakni ikan teri goreng dan kacang tanah merupakan makanan khas yag sering dikonsumsi dalam kehidupan keseharian.

Bagi orang Sunda, dua jenis makanan tersebut mungkin bisa mengobati kerinduan akan kampung halaman dan bisa memberikan nuansa makan a la sunda. Hal itu juga akan sedikit menghilangkan kejenuhan makan nasi box yang relatif monoton itu-itu saja.  

Bagaimana dengan persiapan pakaian? Ini juga sama, bawalah pakaian secukupnya. Jangan berlebihan.

Sumber: dokpri
Sumber: dokpri

Pakaian yang tidak boleh tidak dibawa tentu kain ihram bagi jemaah haji laki-laki. Ini tidak boleh ketinggalan. Sebab jika ketinggalan akan sangat repot nantinya.

Kemudian juga jemaah haji laki-laki bisa membawa baju koko berwarna putih 2-3 potong. Jangan terlalu banyak.

Selain itu jemaah haji laki-laki boleh membawa satu potong baju gamis, kain sarung 2-3 potong, baju kaos 2-3 potong, dan pakaian lain yang diperlukan.

Jemaah haji sebaiknya tidak usah membawa pakaian yang tebal seperti jaket atau jas misalnya. Selain akan memakan banyak ruang di dalam tas, pakain tebal juga kurang fungsional di sana.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun