Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa yang Salah, Pemilik atau Pelayan Toko?

7 Oktober 2023   13:00 Diperbarui: 7 Oktober 2023   13:01 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi di sebuah mini market (Sumber: tribunneswiki.com)

Beberapa waktu yang lalu saya dan anak saya belanja di sebuah mini market. Kami bawa tas belanja supaya gampang membawa belanjaan tanpa harus membeli lagi tas belanja (tak ada gunanya tiap belanja membeli tas belanja).

Anak saya kemudian memilih beberapa jenis makanan dan minuman kesukaannya. Barang-barang itu langsung dimasukkan ke dalam tas belanjaan yang kami bawa dari rumah.

Selang beberapa belas menit kemudian tas belanjaan pun penuh dengan banyak makanan dan minuman, serta barang-barang lainnya.

Kami pun menuju kasir. Kami harus mengantre karena ada beberapa orang pembeli lain yang sudah mengantre di depan kasir.

Setelah beberapa lama tibalah giliran kami. Anak saya menyodorkan tas belanjaan kepada kasir untuk dihitung.

Kasir agak lama menghitung belanjaan kami. Padahal tidak terlalu banyak. Hanya satu tas belanjaan kecil. Agak mengherankan juga, mengapa kasir seperti kesulitan menghitung harga barang belanjaan kami.

Akhirnya kasir pun beres menghitung belanjaan kami. Saya pun membayar sesuai harga yang dikatakan kasir.

Kasir kemudian menyodorkan uang kembalian berikut struk belanjaan. Saya pun mengucapkan terima kasih.

Tanpa dibaca atau dilihat dulu, struk langsung saya buang. Saya pikir untuk apa dibawa juga. Tak ada gunanya.

Sesampai di rumah anak saya mengeluarkan semua barang belanjaan dari dalam tas. Anak saya terlihat sangat senang.

Namun pas barang belanjaan hampir semua dikeluarkan, anak saya menemukan satu barang yang tidak pernah ia ambil atau ia masukan ke dalam tas.

Barang itu berupa cairan pembersih kulit atau wajah. Harganya memang tak terlalu mahal. Hanya puluhan ribu, tidak sampai ratusan ribu.

Akan tetapi masalahnya bukan itu. Anak saya tidak merasa membeli barang itu, tapi ada di dalam tas belanjaan.

Kemudian saya bilang, mungkin "hadiah". Tapi setelah saya hitung kembali harga barang belanjaan, memang tidak semahal harga yang saya bayar. Tapi jika barang yang tidak pernah kami beli itu diperhitungkan, maka harganya memang sama dengan harga yang saya bayar.

Kalau dibilang kasir salah menghitung barang yang kami beli, hal yang tidak mungkin. Sebab semua barang kami masukkan ke dalam tas belanjaan. Artinya masa iya barang yang tidak pernah kami beli itu tiba-tiba masuk ke dalam tas belanjaan.

Kemungkinannya hanya satu. Barang itu diambil kasir dan dihitungkan kepada belanjaan kami.   

Tadinya saya mau kembali lagi ke toko itu untuk komplain, tapi saya ingat tidak ada bukti belanjaan karena struk belanja langsung saya buang. Nanti malah debat kusir dengan kasir.

Akhirnya saya pasrah saja. Saya "ikhlaskan" saja karena harus membayar barang yang tak pernah kami beli.

Namun saya tetap penasaran. Saya ingin tahu apakah memang kasir sengaja menghitung barang itu atau tidak.

Rasa penasaran itu akhirnya terjawab di waktu yang lain. Saya sengaja belanja kembali ke toko itu, tapi tidak bawa tas belanjaan.

Ternyata benar, di atas meja kasir berjejer banyak produk kecantikan/perawatan kulit. Barang-barang itu seperti sengaja ditaruh di sana untuk "diselipkan" ke dalam barang belanjaan pembeli yang lengah.

Mungkin kalau ketahuan, kasir akan bilang dan minta maaf bahwa itu tidak sengaja terhitung. Barang pun tak sulit diambil lagi. Urusan selesai.

Namun kalau tidak ketahuan dan pembeli tidak komplain, maka barang-barang itu akan keluar terjual dengan "tidak sengaja".

Kalau dugaan saya benar, itu merupakan salah satu bentuk kecurangan dalam jual beli. Sesuatu yang tentunya terlarang.

Kalau dugaan saya benar, siapa yang bersalah dalam hal ini. Apakah itu "kebijakan" pemilik toko supaya barang-barangnya bisa terjual tanpa dibeli oleh pembeli atau trik dari kasir (pelayan) sebagai bentuk "inovasi" marketing? Entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun