Namun pas barang belanjaan hampir semua dikeluarkan, anak saya menemukan satu barang yang tidak pernah ia ambil atau ia masukan ke dalam tas.
Barang itu berupa cairan pembersih kulit atau wajah. Harganya memang tak terlalu mahal. Hanya puluhan ribu, tidak sampai ratusan ribu.
Akan tetapi masalahnya bukan itu. Anak saya tidak merasa membeli barang itu, tapi ada di dalam tas belanjaan.
Kemudian saya bilang, mungkin "hadiah". Tapi setelah saya hitung kembali harga barang belanjaan, memang tidak semahal harga yang saya bayar. Tapi jika barang yang tidak pernah kami beli itu diperhitungkan, maka harganya memang sama dengan harga yang saya bayar.
Kalau dibilang kasir salah menghitung barang yang kami beli, hal yang tidak mungkin. Sebab semua barang kami masukkan ke dalam tas belanjaan. Artinya masa iya barang yang tidak pernah kami beli itu tiba-tiba masuk ke dalam tas belanjaan.
Kemungkinannya hanya satu. Barang itu diambil kasir dan dihitungkan kepada belanjaan kami. Â Â
Tadinya saya mau kembali lagi ke toko itu untuk komplain, tapi saya ingat tidak ada bukti belanjaan karena struk belanja langsung saya buang. Nanti malah debat kusir dengan kasir.
Akhirnya saya pasrah saja. Saya "ikhlaskan" saja karena harus membayar barang yang tak pernah kami beli.
Namun saya tetap penasaran. Saya ingin tahu apakah memang kasir sengaja menghitung barang itu atau tidak.
Rasa penasaran itu akhirnya terjawab di waktu yang lain. Saya sengaja belanja kembali ke toko itu, tapi tidak bawa tas belanjaan.
Ternyata benar, di atas meja kasir berjejer banyak produk kecantikan/perawatan kulit. Barang-barang itu seperti sengaja ditaruh di sana untuk "diselipkan" ke dalam barang belanjaan pembeli yang lengah.