Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cak Imin, Lanjut atau Putus dengan Prabowo?

29 Agustus 2023   21:49 Diperbarui: 29 Agustus 2023   22:18 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar (Sumber: tribunnews.com)

Dalam menghadapi Pemilu/Pilpres 2024, Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin/Cak Imin) bersama PKB nya dan Prabowo Subianto dengan Partai Gerindra nya sepakat membentuk sebuah koalisi pada tanggal 13 Agustus 2022. Koalisi itu dinamakan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya,  yang disingkat dengan nama KKIR.

Nama "Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya" jelas diambil dari nama partai politik masing-masing. "Kebangkitan" dari PKB dan "Indonesia Raya" dari Partai Gerindra.

KKIR dikukuhkan dengan sebuah perjanjian secara tertulis antara Cak Imin (PKB) dan Prabowo (Partai Gerindra). Perjanjian itu dinamakan "Piagam Sentul" (sebab pembentukan koalisi dan penandatanganan piagam dilakukan di Sentul, Jawa Barat).  

Salah satu poin dari perjanjian itu adalah nama bakal calon presiden dan nama bakal calon wakil presiden ditentukan bersama-sama oleh Prabowo Subianto sebagai ketua umum Partai Gerindra dan Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum PKB.

Saat itu nama bakal calon presiden sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan ketua umum PKB Muhaimin Iskandar secara bulat mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden dari KKIR.

Namun tidak dengan bakal calon wakil presiden. Kendati pihak PKB sudah mendorong-dorong KKIR untuk segera menentukan bakal calon wakil presiden, tapi Prabowo bergeming. Padahal pihak PKB sangat berkeinginan ketua umum mereka segera dideklarasikan sebagai bakal calon wakil presiden dari KKIR.

Sampai usia KKIR satu tahun lebih, Prabowo Subianto sebagai ketua umum Partai Gerindra belum juga meng-acc nama Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presidennya. Prabowo seperti kurang sreg dengan ketua umum PKB itu.

Tepat satu tahun setelah terbentuknya KKIR, Partai Golkar dan PAN (Partai Amanat Nasional) tiba-tiba ikut bergabung dengan KKIR untuk mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden.

Padahal Partai Golkar dan PAN sebelumnya sudah memiliki koalisi sendiri, yakni KIB (Koalisi Indonesia Baru). Partai Golkar dan PAN membentuk KIB bersama dengan PPP (Partai Persatuan Pembangunan). PPP sendiri sudah lebih dahulu meninggalkan KIB dan bergabung dengan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).

Masuknya Partai Golkar dan PAN ke KKIR tentu punya kepentingan. Partai Golkar ingin menyodorkan ketua umum mereka, yakni Airlangga Hartarto sebagai bakal calon wakil presiden Prabowo.

Sebaliknya PAN ingin menyodorkan ketua umum PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia), yakni Erick Thohir sebagai bakal calon wakil presiden Prabowo. Selain menyodorkan nama Erick Thohir, PAN juga menyodorkan nama Menteri PMK, Muhadjir Effendy.

Prabowo Subianto jadi banyak opsi untuk menentukan bakal calon wakil presidennya. Tidak hanya nama Muhaimin Iskandar.

Kalau pun tidak memilih ketua umum PKB sebagai bakal calon wakil presidennya, Prabowo tidak khawatir lagi Cak Imin dengan PKB nya meninggalkan KKIR. Sebab kalau pun Cak Imin dengan PKB nya keluar koalisi, Prabowo masih memiliki teman koalisi, yakni Partai Golkar dan PAN.

Sikap Prabowo tersebut jelas tergambar ketika hadir dan berpidato di ulang tahun PAN, Senin (28/08). Dalam pidatonya Prabowo menyebut bahwa nama koalisi yang sebelumnya bernama KKIR berganti menjadi KIM (Koalisi Indonesia Maju).

Padahal pergantian nama koalisi itu tidak dibicarakan dulu dengan PKB sebagai mitra koalisi Prabowo sejak awal. Pergantian nama koalisi bisa dibilang dilakukan secara sepihak.

Sedangkan nama koalisi merupakan sesuatu yang mendasar sebab menyangkut komitmen bersama. Jika salah satu pihak ingin menggantinya, tentu harus mengajak pihak lain sebagai teman koalisi untuk membicarakannya.

Dengan mengganti nama koalisi di luar sepengetahuan Cak Imin, Prabowo terkesan sudah kurang menganggap lagi Cak Imin dan PKBnya. Prabowo juga terkesan mau meninggalkan Cak Imin dan PKBnya.

Prabowo berani bersikap demikian karena sudah ada Partai Golkar dan PAN sebagai anggota baru koalisi. Dengan kata lain, jika Cak Imin dan PKBnya meninggalkan koalisi, Prabowo tidak akan sampai gagal jadi calon presiden. Sebab dengan adanya Partai Golkar dan PAN, presidential threshold tetap akan terpenuhi.

Menarik untuk ditunggu, apakah Cak Imin dan PKBnya akan putus atau lanjut dengan Prabowo dan partai Gerindranya? Cak Imin dan PKBnya tentu akan memperhitungkan ini dengan matang.

#KKIR
#Koalisi Gemuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun