Sebaliknya PAN ingin menyodorkan ketua umum PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia), yakni Erick Thohir sebagai bakal calon wakil presiden Prabowo. Selain menyodorkan nama Erick Thohir, PAN juga menyodorkan nama Menteri PMK, Muhadjir Effendy.
Prabowo Subianto jadi banyak opsi untuk menentukan bakal calon wakil presidennya. Tidak hanya nama Muhaimin Iskandar.
Kalau pun tidak memilih ketua umum PKB sebagai bakal calon wakil presidennya, Prabowo tidak khawatir lagi Cak Imin dengan PKB nya meninggalkan KKIR. Sebab kalau pun Cak Imin dengan PKB nya keluar koalisi, Prabowo masih memiliki teman koalisi, yakni Partai Golkar dan PAN.
Sikap Prabowo tersebut jelas tergambar ketika hadir dan berpidato di ulang tahun PAN, Senin (28/08). Dalam pidatonya Prabowo menyebut bahwa nama koalisi yang sebelumnya bernama KKIR berganti menjadi KIM (Koalisi Indonesia Maju).
Padahal pergantian nama koalisi itu tidak dibicarakan dulu dengan PKB sebagai mitra koalisi Prabowo sejak awal. Pergantian nama koalisi bisa dibilang dilakukan secara sepihak.
Sedangkan nama koalisi merupakan sesuatu yang mendasar sebab menyangkut komitmen bersama. Jika salah satu pihak ingin menggantinya, tentu harus mengajak pihak lain sebagai teman koalisi untuk membicarakannya.
Dengan mengganti nama koalisi di luar sepengetahuan Cak Imin, Prabowo terkesan sudah kurang menganggap lagi Cak Imin dan PKBnya. Prabowo juga terkesan mau meninggalkan Cak Imin dan PKBnya.
Prabowo berani bersikap demikian karena sudah ada Partai Golkar dan PAN sebagai anggota baru koalisi. Dengan kata lain, jika Cak Imin dan PKBnya meninggalkan koalisi, Prabowo tidak akan sampai gagal jadi calon presiden. Sebab dengan adanya Partai Golkar dan PAN, presidential threshold tetap akan terpenuhi.
Menarik untuk ditunggu, apakah Cak Imin dan PKBnya akan putus atau lanjut dengan Prabowo dan partai Gerindranya? Cak Imin dan PKBnya tentu akan memperhitungkan ini dengan matang.
#KKIR
#Koalisi Gemuk