Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Egalitarianisme dalam Pelaksanaan Wukuf di Arafah

27 Juni 2023   06:51 Diperbarui: 27 Juni 2023   10:02 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jemaah haji hadir dan berkumpul di Padang Arafah juga dengan mengenyampingkan status dan strata sosial. Mereka yang kaya dan miskin, tua dan muda, pejabat dan rakyat, dan lain-lain semua berbaur tanpa sekat menjadi satu.

Itulah egalitarianisme yang ada dalam ajaran Islam. Islam memandang pada hakikatnya manusia itu sama. Tak ada perbedaan satu sama lain. Tak ada strata sosial dan tak ada status sosial yang berbeda.

Dalam kehidupan sehari-hari strata sosial dan status sosial kadang membuat manusia tersekat-sekat satu sama lain. Strata sosial dan status sosial seringkali memisahkan kesejatian alias hakikat manusia sendiri.

Namun pada waktu wukuf di Padang Arafah, manusia seolah-olah diingatkan kembali agar tidak lupa diri, tidak lupa akan hakikat dirinya, bahwa pada dasarnya manusia tidak ada perbedaan satu sama lain. Semua manusia sama.

Siapa pun dia tanpa kecuali ketika waktu wukuf harus mau berpanas-panas ria merasakan sengatan matahari di Padang Arafah. Siapa pun dia tanpa kecuali ketika wukuf harus mengenakan dua helai kain putih tak berjahit.

Di Padang Arafah semua manusia berbaur menjadi satu. Baik dari Afrika, Amerika, Eropa, Asia, atau tempat lainnya bersatu dan berkumpul di Padang Arafah. Oleh karena itu momentum wukuf di Arafah seringkali pula disebut sebagai "pertemuan akbar" umat Islam dari seluruh dunia.

Dengan wukuf di Arafah diharapkan umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji menyadari kembali hakikat dirinya sebagai manusia, yaitu pada dasarnya derajat manusia itu sama. Tak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Ketika semua menyadari bahwa pada dasarnya hakikat manusia itu sama, maka tak akan ada lagi manusia yang merendahkan manusia lainnya. Tak akan ada lagi manusia yang merasa superior di atas manusia lainnya. Itulah ajaran kemanusiaan yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun