Ternyata sang guru sekolah dasar tersebut menggunakan uang tabungan tanpa sepengetahuan kepala sekolah dan bendahara tabungan. Dia kebetulan guru kelas. Sebagai guru kelas setiap harinya dia menerima setoran uang tabungan dari siswa di kelasnya.
Uang tabungan siswa yang diterima setiap hari itu dia gunakan untuk berbagai kebutuhan pribadi. Per harinya mungkin tidak sampai jutaan, hanya ratusan ribu. Namun ketika dikumulatifkan dalam satu tahun nominalnya jadi besar.
Jelas hal itu kemudian membuat sang guru kelimpungan. Dia harus mencari uang ke sana ke mari untuk menutup uang tabungan siswa yang digunakannya.
Itu hanya salah satu kasus tentang penggunaan tabungan siswa oleh guru. Di luar itu sangat banyak  kasus lain yang membuat guru sebagai "peminjam" uang tabungan benar-benar kelimpungan.
Seperti kasus seorang guru di sebuah sekolah dasar lain, masih di dekat rumah. Sang guru sampai mau menggadaikan tanah/sawah untuk menutup uang tabungan siswa yang digunakannya.
Itu masih mendingan ada sumber keuangan yang bisa digunakan untuk menutup atau mengembalikan uang tabungan siswa. Bagaimana jika tidak ada sumber keuangan yang bisa digunakan?
Dalam kata lain jika guru yang menggunakan uang tabungan siswa tidak memiliki sumber keuangan untuk menutup atau mengembalikan uang tabungan siswa, maka tabungan itu akan macet dan bermasalah.
Kalau sudah begitu citra guru-guru di sekolah yang bersangkutan akan buruk di mata siswa dan orang tua siswa yang tabungannya belum dikembalikan. Bisa juga urusan berlanjut ke kepolisian. Seperti yang terjadi di Pangandaran itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H